PADANG, HARIANHALUAN.ID – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, masyarakat di berbagai daerah mulai memeriahkan suasana dengan beragam atribut perayaan. Di tengah dominasi bendera merah putih, muncul pula tren pengibaran bendera bertema One Piece, sebuah serial anime Jepang yang telah menjadi ikon budaya pop global. Fenomena ini memicu beragam respons, termasuk dari kalangan akademisi.
Terkait hal itu, Dosen Ilmu Politik, Fisipol Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat, Riko Riyanda, S.IP, M.Si menyampaikan pandangannya bahwa tren tersebut dapat dimaknai sebagai bentuk kebebasan berekspresi yang muncul dari dinamika sosial masyarakat.
Menurutnya, penggunaan simbol fiksi seperti bendera One Piece bukan semata-mata tren hiburan, melainkan juga bisa menjadi medium kritik sosial dan refleksi terhadap kondisi bangsa terkait kecemasan menghadapi Indonesia cemas.
“Saya melihat ini sebagai bentuk ekspresi yang disengaja, mungkin sebagai respons terhadap situasi yang dirasakan masyarakat. Namun, hal ini tidak serta-merta menunjukkan pudarnya nasionalisme. Justru, semangat kemerdekaan tetap hidup, hanya saja diekspresikan dengan cara yang lebih kreatif dan kontekstual,” ujarnya.
Ia menambahkan, bahwa generasi muda saat ini tumbuh dalam lingkungan global dan digital yang sarat dengan simbol-simbol visual dari berbagai belahan dunia. Dalam konteks tersebut, bendera fiksi bisa menjadi identitas baru yang mencerminkan nilai-nilai universal seperti keadilan, kebebasan, dan solidaritas.
“Simbol fiksi seperti One Piece bisa diibaratkan seperti bendera klub sepak bola atau komunitas lainnya. Selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan, ekspresi semacam ini sah-sah saja dan tidak perlu disikapi secara berlebihan,” jelasnya.
Terkait kekhawatiran akan menurunnya rasa nasionalisme, ia menegaskan bahwa masyarakat, khususnya generasi muda, tetap menunjukkan antusiasme dalam mengibarkan bendera merah putih. Fenomena ini, menurutnya, lebih tepat dipahami sebagai bentuk pergeseran cara mengekspresikan nasionalisme yang lebih relevan dengan zaman.