Pukulan snare/tenor nan kompak dimainkan oleh siswa keterbelakangan mental. Kelompok musik angklung dan tabuik dimainkan oleh siswa Tunarungu dan Tunagrahita.
Para siswa tidak hanya belajar tentang musik, namun juga disiplin, kerja sama dan kepercayaan diri. Penampilan yang menyita perhatian ini bukan sekedar penampilan biasa, tapi juga wadah dalam mengembangkan potensi dan apresiasi terhadap semangat anak-anak berkebutuhan khusus
Tidak kalah juga dengan para penari payung ubur-ubur keterbatasan pendengaran. Tampil dengan begitu menawan penuh rasa percaya diri, mereka tampil dengan gaya yang unik memainkan payung ubur- ubur bernuansa pink, semua hadir menyapa indera.
Karya yang ditampilkan merupakan bentuk kesungguhan siswa-siswi berkebutuhan khusus dalam berlatih dan membentuk kesadaran bahwa mereka bisa, “Kita Sama”.
Mereka membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berkarya namun menjadi bukti bahwa seni bisa menjadi jembatan yang menghubungkan semangat, kemampuan dan apresiasi tanpa batas. Dengan keberagamannya, mereka menyatu dan dapat menampilkan karya-karya terbaiknya. (*)