PADANG, HARIANHALUAN.ID – Di tengah tantangan akses pendidikan yang masih dihadapi sebagian kalangan, Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat menegaskan posisinya sebagai pelopor kampus inklusif di Sumatera Barat.
Dengan visi menjangkau semua lapisan masyarakat, UM Sumatera Barat membuka akses pendidikan tinggi bagi siapa pun, tanpa memandang latar belakang agama, kondisi ekonomi, maupun keterbatasan fisik.
UM Sumatera Barat meyakini bahwa pendidikan merupakan hak fundamental setiap individu. Keyakinan ini diwujudkan melalui kebijakan penerimaan mahasiswa yang terbuka serta penyediaan berbagai jalur beasiswa, termasuk bagi mahasiswa non-Muslim dan penyandang disabilitas. Bahkan, kampus ini memberikan beasiswa penuh hingga 100 persen bagi mereka yang membutuhkan.
Tahun ini, dua mahasiswa penyandang disabilitas resmi bergabung sebagai bagian dari sivitas akademika. Kehadiran mereka memperkuat komitmen UM Sumatera Barat dalam menciptakan lingkungan akademik yang ramah disabilitas melalui penyediaan fasilitas, kebijakan, dan pendampingan berkelanjutan.
Rektor UM Sumatera Barat, Dr. Riki Saputra, M.A., menegaskan kampus yang dipimpinnya harus menjadi ruang aman, nyaman, dan memberdayakan seluruh mahasiswa.
“UM Sumatera Barat tidak hanya mencetak lulusan unggul secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia, peduli sosial, dan siap berkontribusi bagi masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan, sebelumnya seorang alumni jalur disabilitas tuna rungu dari Fakultas Teknik, Asrafi Abrar, berhasil lulus pada 2021. Saat ini, Asrafi bekerja sebagai admin FIFGroup Cabang Bukittinggi dan aktif sebagai pengurus National Paralympic Committee Indonesia (NPC) Kota Bukittinggi Bidang Bulutangkis.
Melalui semangat keberagaman dan inklusivitas, UM Sumatera Barat mengajak generasi muda dari berbagai latar belakang untuk bergabung, tumbuh, dan berprestasi bersama dalam satu rumah pendidikan yang terbuka untuk semua.(h/sil)