HARIANHALUAN.id – Rahmi Aulia Syafitri, adalah contoh gadis pemberani. Ingin mengubah nasib, dan mau keluar dari zona nyaman.
Di saat sejumlah temannya ragu mengambil kesempatan berkuliah ke Turkiye (nama baru negara Turki-red) lantaran jauh dari keluarga, sulung dari tiga bersaudara ini justru yakin dengan pilihannya.
Lulusan SMAN 2 ini mantap mengambil keputusan mendaftarkan diri ke Lembaga Halo Beasiswa Halo Turki. Sebenarnya, bisa lulus kuliah ke negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan ini bukanlah perkara mudah. Ada beberapa tahapan seleksi, dan harus memenuhi beberapa persyaratan.
Pendaftaran dimulai pada November 2021 lalu di Lembaga Halo Beasiswa Halo Turki. Kemudian pihak lembaga mendaftarkan yang bersangkutan ke universitas yang dituju pada Mei 2022. Rahmi saat itu memilih Program Studi Matematika Fakultas Science di Bartin University Turkiye.
Rahmi dinyatakan lulus pada Juni lalu lewat e-mail yang dikirim perguruan tinggi itu. Universitas yang menaungi pendidikan anak pasangan Yetti dan Effendi ini, merupakan salah satu perguruan tinggi bergengsi di Turkiye.
Diceritakan Rahmi, Lembaga Halo Beasiswa Halo Turki saat itu ke SMAN 2 pada November 2021 guna memberikan sosialisasi.
“Waktu itu, lumayan banyak yang mau ikut. Tapi setelah itu hanya Rahmi saja yang memutuskan untuk lanjut proses pendaftaran dan seleksi administrasi, nilai ijazah dan raport,” sebutnya.
Tahun-tahun sebelumnya, ada sejumlah pelajar Kota Padang Panjang yang berhasil kuliah ke Turkiye lewat jalur lembaga ini.
“Setelah dipertimbangkan, selama seminggu, searching di internet tentang Universitas Bartin ini, saya tambah yakin. Setelah dipikir, biaya di Turki tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Cuma biaya keberangkatan saja,” katanya.
Kuliah ke Turki bakal ditempuh selama empat tahun oleh Rahmi. “Satu tahun pertama belajar bahasa Turki. Kuliah di Turki 30% hingga 40% dengan Bahasa Inggris, 70 persen menggunakan Bahasa Turki,” ujarnya.
Rahmi berkuliah lewat jalur mandiri. “Kalau dihitung sebenarnya, biaya kuliah di sana tergolong lebih murah dibandingkan dengan Indonesia. Satu semester 3.000 lira, setara dengan Rp2.850.000. Untuk biaya hidup, tergantung kita berhemat. Rata-rata Rp1,5 juta-Rp2,5 juta,” ungkapnya.
Rahmi berharap dirinya bisa sukses menggapai impiannya. “Cita-cita Rahmi ingin jadi dosen,” tuturnya. (*)