HARIANHALUAN.id – Tertarik terhadap informasi perkembangan Perguruan Thawalib Padang Panjang, ahli sejarah dari Washington DC, Amerika Serikat Dr. Yahya luqman dan dosen di KSU Georgia USA, Dr. Chairul Bahri, Rabu (27/7/2022) sengaja datang ke Perguruan yang telah berdiri 111 tahun tersebut.
Kedatangan kedua tamu tersebut diterima oleh Wakil Sekretaris Yayasan Thawalib Fahmi. “Alhamdulillah tamu dari Washington DC tersebut ingin mengetahui langsung tentang Perguruan Thawalib, ” kata Fahmi.
Latar belakang kunjungan Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri setelah mengikuti berbagai informasi tentang Perguruan Thawalib di berbagai media massa.
Setelah membaca berbagai informasi tersebut terutama terkait dengan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, maka Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri langsung memutuskan datang ke kampus Perguruan Thawalib di Padang Panjang.
Menurut Fahmi, dalam kunjungan tersebut dijelaskan tentang bagaimana sejarah berdirinya Perguruan Thawalib yang dulunya bernama Sumatera Thawalib yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad dan dilanjutkan oleh Syekh Daud Rasjidi, Syekh Abdul Karim Amrullah, tuanku mudo Abdul Hamid Hakim sampai kepada Buya Mawardi Muhammad.
Kemudian dijelaskan bagaimana Syekh Abdul Karim Amrullah atau ayah dari Buya Hamka yang meletakan sistim pendidikan secara klasikal pada tahun 1917 yakni sistim pendidikan dengan menggunakan kurikulum, jenjang kelas dan penggunaan meja dan kursi.
“Sistim pendidikan secara klasikal tersebut yang diterapkan oleh Syekh Abdul Karim Amrullah merupakan tonggak sejarah pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dan dikenal dengan sebutan sebagai sekolah Islam modern pertama di zaman Hindia Belanda, ” jelas Fahmi.
Sumatera Thawalib yang berawal dengan sistim pendidikan halaqah di surau Jembatan Besi, Padang Panjang berubah menjadi sistim pendidikan klasikal.
Dalam pertemuan tersebut Dr Yahya Luqman dan Dr Chairul Bahri lebih banyak mendengarkan paparan tentang sejarah berdirinya pesantren tertua di Sumatera Barat tersebut dan perkembangannya sampai saat ini.
Usai mendengarkan berbagai informasi sejarah dan perkembangan Perguruan Thawalib, para tamu tersebut melihat langsung gedung asrama dan gedung sekolah serta melihat aktifitas santri yang tinggal di asrama.
Usai mengelilingi kampus Perguruan Thawalib, pengurus Yayasan Thawalib memberikan cenderamata berupa buku Sejarah Perguruan Thawalib Padang Panjang. (*)