Menurut Saidul Amin, sebagai perguruan tinggi Islam di Riau, Universitas Muhammadiyah Riau berkeinginan lembaga pendidikan Islam seperti Perguruan Thawalib dapat membangun kerjasama dalam pengembangan pendidikan.
“Kami amati selama ini banyak masyarakat dari berbagai daerah di Riau yang bersekolah di Perguruan Thawalib. Tentu nantinya para lulusan Thawalib bisa melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Riau,” katanya.
Sekretaris Umum Yayasan Thawalib Irwan Natsir, S,Sos, MAP menambahkan, rencana kerjasama tersebut sebenarnya tidak terlepas dari hubungan emosional antara Perguruan Thawalib dengan Muhammadiyah yang sudah terbangun cukup lama.
“Pada tahun 1917 pimpinan Thawalib yakni Syekh Abdul Karim Amrullah (ayah dari Buya Hamka) bertemu dengan Kiyai Ahmad Dahlan selama tiga hari tiga malam di Yogyakarta membahas masalah pendidikan,” jelas Irwan Natsir.
Pertemuan bersejarah pada tahun 1917 itu, kata Irwan Natsir, merupakan pertemuan dua orang tokoh dalam membahas soal pendidikan.
“Syekh Abdul Karim Amrullah pada waktu itu menulis di majalah Al Munir tentang berbagai konsep pendidikan dan juga mengembangkan Thawalib dengan berbagai pemikiran dan gagasan pendidikan, sehingga Thawalib dikenal sebagai sekolah Islam modern pertama di zaman Hindia Belanda,” kata Irwan Natsir.