Tim Pengabdi UNP Lakukan Penguatan Pembelajaran Partisipatif dan Kolaboratif Berbasis Kasus dan Projek Kelompok

UNP

HARIANHALUAN.ID – Tim pengabdi UNP di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNP merealisasikan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) di Aula SMPN 2 Payakumbuh, Sabtu (24/9/2022).

Ketua Tim Pengabdi yang juga Dosen Departemen Sejarah UNP dan Ketua Labor Sejarah UNP, Aisiah mengatakan, pengabdian ini mengusung tema penguatan kinerja profesional anggota MGMP IPS Kota Payakumbuh melalui sosialisasi dan penguatan pembelajaran partisipatif dan kolaboratif berbasis studi kasus dan proyek kelompok.

“Tujuan kegiatan adalah memberi wawasan mengenai pembelajaran berbasis kasus dan proyek kelompok dan mendorong guru-guru IPS membuat modul ajar berbasis kasus,” ucap Aisiah.

Narasumber yang dihadirkan adalah dosen dari Departemen Geografi Nofrion, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Pengembanganan Pembelajaran (kapusbangbel) Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) UNP. Selain itu, Ketua Pengabdi Aisiah turut menjadi narasumber.

Pada kesempatan itu, Nofrion menjabarkan hakikat pembelajaran partisipatif dan kolaboratif berbasis kasus dan berbasis projek kelompok pada pembelajaran IPS. 

“Pembelajaran berbasis kasus tuntutannya adalah menemukan akar masalah dari setiap kasus yang diangkat dalam pembelajaran. Guru mesti mengubah mindset sebagai orang yang profesional dalam mengajar dan belajar,” tuturnya.

Ia menambahkan, pembelajaran berbasis kasus dan projek kelompok dapat melatih keterampilan abad 21, karena peserta didik dididik untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan bekerja sama atau berpartisipasi dalam kelompok belajar.

Peserta didik juga diharapkan mampu mengomunikasikan temuan hasil belajar kelompok (diskusi kasus) maupun produk hasil karya kerja bersama (projek kelompok) baik secara lisan maupun tertulis.

Berkenaan dengan kurikulum merdeka, Nofrion menyampaikan, karakteristik utama kurikulum merdeka, yakni menekankan materi esensial, berfokus pada pengembangan literasi dan numerasi, penguatan profil pelajar Pancasila untuk pengembangan soft skill dan karakter peserta didik.

“Guru-guru IPS dapat merealisasikan kurikulum merdeka dalam pembelajaran IPS dengan menekankan materi esensial yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk mewujudkan capaian pembelajaran,” kata dia.

Berbeda halnya dengan Dion, Aisiah sebagai pemateri kedua memaparkan materi tentang desain modul pembelajaran IPS berbasis kasus dan projek kelompok.

Menurutnya, desain modul ajar IPS kurikulum merdeka dapat dirancang sendiri oleh guru sekreatif mungkin dan utamanya menghadirkan kasus (masalah) kontekstual yang dekat dengan kehidupan sehari-hari namun harus relevan dengan capaian pembelajaran IPS.

“Contoh kasus, misalnya terkait demo kenaikan harga BBM bersubsidi yang dikeluhkan oleh masyarakat. Kasus ini dapat diangkat dalam pembelajaran IPS dan dikaitan dengan Capaian Pemelajaran (CP) tentang peran pemerintah dan masyarakat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.

Menurut Aisiah, kasus ini sekaligus dimaksudkan untuk mendalami materi tentang konsep kelangkaan (pemahaman konsep), sebab pemahaman konsep merupakan salah satu elemen penting dalam CP IPS.

Kasus lain yang dapat diangkat dalam pembelajaran IPS, misalnya banjir tahunan, sampah, tanah longsor, kebakaran atau kasus lain yang sering terjadi dan dialami dalam kehidupan masyarakat.

“Guru-guru IPS dapat memilih kasus tertentu yang terjadi di lingkungan tempat tinggal peserta didik,” ucapnya.

Kasus tersebut tentu harus dikaitkan dengan CP pembelajaran IPS, khusunya CP menganalisis hubungan antara kondisi geografis daerah dengan karakteristik masyarakat dan memahami potensi sumber daya alam, serta kaitannya dengan mitigasi kebencanaan.

Pada kesempatan itu, Aisiah juga mendorong guru-guru IPS agar dapat menyajikan kasus-kasus tertentu untuk dianalisis oleh peserta didik secara bersama-sama dan berpartisipasi dalam diskusi kelompok (studi kasus).

Peserta didik juga diberi peluang mengerjakan tugas projek secara berkelompok (berkolaborasi) dan menyajikan produk hasil kerja kelompok secara kreatif. Peserta didik dapat mempresentasikan produk hasil belajar mereka secara lisan maupun tertulis. Hasil kolaborasi tugas kelompok peserta didik bisa disajikan dalam bentuk digital maupun nondigital.

Hasil studi kasus disajikan dalam bentuk poster, peta konsep, kolase, desain grafis, video grafis dan bentuk lain yang menarik dan bermakna bagi peserta didik.

Kegiatan sosialisasi dan penguatan pembelajaran berbasis kasus dan projek kelompok hari itu dimulai pukul 08.30 WIB hingga pukul 16.00 WIB.Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh guru-guru IPS yang tergabung dalam MGMP IPS Kota Payakumbuh. Guru-guru peserta sosialisasi berjumlah 32 orang.

Panitia kegiatan melibatkan Ketua MGMP IPS, Khairanis, Ketua Tim Pengabdi Aisiah dan tim teknis, Ayuni Rianti, Sherly Purwati dan Gebi Sandra. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Koordinator MGMP IPS Desfiwati, yang juga menjabat sebagai Kepala SMPN 2 Payakumbuh. (*)

Exit mobile version