Hal senada disampaikan oleh Yusrizal (Adik) selaku Bamus Nagari Tarantang. Dengan usia para santri yang masih golongan usia remaja, terjadi hal-hal kecil miskomunikasi merupakan hal yang biasa mengingat di usia remaja kebanyakan pola pikir yang masih labil masih sangat bergantung kepada bimbingan orang tua dan guru.
“Di saat ada kesalahpahaman antar santri hendaknya wali murid dan para ustadz segera berkomunikasi untuk bertemu mencari jalan keluar. Jangan saling mencari-cari kesalahan dan pembenaran sehingga hak kecil bisa melebar sampai masuk media,” tuturnya.
Ustadz Soni mengatakan, “ICBS ini merupakan aset bagi kita semua. Tidak hanya aset Nagari Tarantang namun ini adalah aset bagi Sumatera Barat. Keberadaan ICBS Harau ini merupakan kebangkitan dari pondok pesantren di Payakumbuh dan kabupaten Lima puluh kota.”
Dahulu, lanjut Soni, daerah ini terkenal dengan pondok pesantrennya yang menghasilkan para santri yang berwawasan luas tentang pengetahuan agama Islam. “Hal inilah beberapa tahun belakangan yang telah hilang. Dengan adanya IBCS Harau ini menunjukkan bahwa kebangkitan untuk pondok pesantren di daerah kita ini Payakumbuh Lima Puluh Kota,“ katanya.
Ustadz Mustamir tidak lupa memberi pencerahan kepada para santri yang hadir dalam mediasi tersebut bahwasanya adap lebih tinggi dari pada ilmu. Adab terlebih dahulu baru ilmu, beliau berharap kelak nantinya para santri ini akan menjadi pemimpin yang beradab dan berilmu.
Diakhir mediasi semuanya saling bersalaman dan bermaaf-maafan. (*)