Ibu yang Bahagia Beri Energi Positif untuk Anak

Laporan : Yesi Deswita

PADANG, HARIANHALUAN.ID – Setiap manusia selalu dihadapkan dengan stressor (sumber stres) dalam menjalani kehidupan nya. Tidak berbatas usia, stres bisa dialami siapapun sepanjang rentang kehidupan. Termasuk ibu-ibu yang kerapkali mengalami stres saat mengurus rumah tangga. 

Banyaknya beban dan tugas rumah tangga yang ditumpukan ke pundak ibu tak jarang membuat ibu tidak bahagia. 

Padahal dalam ilmu psikologi menjelaskan ibu yang bahagialah yang hanya dapat mentransfer energi positif kepada anak. 

Saat obi sedang stres menghadapi persoalan rumah tangga, tidak semua yang resilience (memiliki data lenting) dalam menghadapi sumber stres itu.

Psikolog Alfi Rahmadini mengubak pemicu stres yang dialami ibu.

Menjadi ibu merupakan masa transisi dari yang sebelumnya hanya mengurus diri sendiri, lalu mengurus suami hingga mengurus anak. Tentu akan dihadapkan pada tantangan dan perubahan-perubahan. 

“Stres yang dialami ibu merupakan reaksi secara fisik atau emosional (mental / psikis) ketika ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskannya menyesuaikan diri,” ujarnya. 

Meskipun demikian, Alumni psikologi Unand dan UGM ini menyebut stres merupakan bentuk respon yang wajar terjadi ketika bertambahnya tekanan dalam hidup. Namun saat kondisi stres sudah melebihi sewajarnya, dapat memicu ke kesehatan mental ibu. 

Dijelaskan nya tanda seseorang sedang stres bisa diketahui dari respon fisik, kognitif dan sosial/perilaku/emosinya.

“Secara fisik seperti merasa lemah, pusing, tidak berdaya, susah tidur, mudah sakit perut, diare atau sembelit dan mudah lelah, ” tuturnya. 

Sedangkan secara kognitif seseorang akan sulit konsentrasi, cendrung berpandangan negatif, merasa kewalahan melakukan sesuatu. Kemudian secara perilaku/emosi seperti perubahan makan (banyak makan atau tidak nafsu makan), menarik diri dari pergaulan, merasa takut, suka mengeluh, mudah menangis, berbohong, mudah marah dan diam. 

Psikolog Asli Batusangkar ini memberikan tips bagaimana harus merespon saat mengalami stres. 

“Pertama, sadari dan akui bahwa ada sesuatu yang terjadi,” ucapnya. 

Kemudian rehat, tenang, dan menata perasaan / hati. Bisa dengan istirahat yang cukup, cerita kepada orang lain, perbanyak ibadah dan berdoa, menemukan kembali tujuan dan niat agar kembali semangat, positive thingking dan bersyukur hingga melakukan relaksasi. 

Selanjutnya temukan sebabnya. Formulasi kan solusi dan tetap tawakal. 

Jangan lupa menyibukkan diri dengan kegiatan positif. Menjaga pola Hidup sehat, belajar dan olahraga. 

“Kemudian cari bantuan bisa ke orang terdekat yang dipercaya, guru, teman, hingga bantuan profesional psikolog dan konselor,” kata dia. 

Dukungan dari orang terdekat juga sangat berpengaruh bagi kesehatan mental ibu. Orang-orang terdekat seharusnya tidak menghakimi saat ibu merasa capek atau belum sempurna mengerjakan tugasnya. 

Seorang ibu harus senantiasa merasa bahagia agar energi yang diteruskan saat berinteraksi dengan anak adalah energi positif. (*)

Exit mobile version