Cegah Heatstroke pada Anak saat Cuaca Panas

BEBERAPA hari lalu, publik dihebohkan dengan pemberitaan dua bocah meninggal karena dugaan mengalami heatstroke (serangan panas) akibat cuaca yang panas. Namun, salah satu di antaranya kemudian dikonfirmasi meninggal akibat mengalami syok septik sekunder akibat meningoensefalitis.Kejadian ini tentu menghentak banyak orang tua akan bahaya cuaca panas yang menyerang akhir-akhir ini. Di Indonesia pun ikut terdampak cuaca panas yang menyebabkan ketidaknyamanan untuk beraktivitas di siang hari. Lalu, benarkah cuaca panas bisa menyebabkan kematian?

Cuaca panas dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan anak-anak. Paparan terlalu lama pada suhu panas dapat menyebabkan dehidrasi, kelelahan panas, dan bahkan stroke panas (heatstroke). Selain itu, cuaca panas dapat menyebabkan kulit kering, sakit kepala, serta iritasi mata dan hidung.

Anak-anak lebih rentan terhadap dampak cuaca panas karena mereka memiliki permukaan kulit yang lebih luas daripada orang dewasa, sehingga mereka lebih mudah kehilangan cairan dan lebih mudah mengalami dehidrasi. Anak-anak juga memiliki sistem termoregulasi yang kurang efektif, yang membuat mereka lebih sulit untuk menjaga suhu tubuh yang tepat.

Cuaca panas dapat memiliki berbagai dampak kesehatan yang berbahaya pada anak-anak. Beberapa dampak kesehatan yang mungkin timbul pada anak-anak akibat cuaca panas yang berkepanjangan diantaranya, dehidrasi, kelelahan panas, dan heatstroke. Heatstroke adalah kondisi serius yang dapat terjadi ketika suhu tubuh meningkat drastis dan tidak dapat dikontrol lagi oleh sistem termoregulasi tubuh. Heatstroke dapat menyebabkan kerusakan otak dan organ lainnya, serta berpotensi mematikan.

Anak-anak yang mengalami heatstroke dapat mengalami gejala seperti, kulit merah dan kering, sakit kepala, mual, muntah, kejang, dan kesulitan bernapas.

Faktor penyebab heatstroke itu sendiri, dehidrasi, aktivitas fisik berat, kondisi medis, obat-obatan, dan usia

Pada anak yang mengalami heatstroke hingga terjadi kejang dan kesulitan bernapas, ada beberapa tanda bahaya lain yang menjadi acuan agar anak segera dibawa ke dokter. Anak yang mengalami heatstroke biasanya membutuhkan perawatan medis cepat dan intensif. Lama perawatan tergantung pada tingkat keparahan heatstroke dan respons anak terhadap terapi yang diberikan.

Pada kasus ringan, anak mungkin hanya perlu rawat jalan dan pemantauan kesehatan berkala selama beberapa hari. Namun, pada kasus yang lebih parah, anak mungkin perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari hingga berminggu-minggu.

Selama perawatan, anak akan diberikan terapi cairan dan elektrolit melalui infus, untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang dan mencegah dehidrasi. Anak juga akan dipantau suhu tubuhnya dan diberikan obat-obatan untuk mengatasi komplikasi seperti kerusakan organ atau kejang.

Setelah anak pulih dari heatstroke, dokter biasanya akan merekomendasikan beberapa tindakan pencegahan untuk mencegah terjadinya heatstroke kembali. Tindakan ini termasuk menghindari paparan sinar matahari langsung pada jam-jam terpanas, minum cukup cairan untuk menjaga hidrasi, dan mengenakan pakaian yang longgar dan bernapas dengan baik. Jika anak memiliki kondisi medis yang mendasar yang dapat meningkatkan risiko terkena heatstroke, seperti penyakit jantung atau obesitas, maka dokter akan memberikan saran khusus untuk mengelola kondisi tersebut.

Meskipun heat stroke dapat menyebabkan komplikasi yang serius, tetapi jika ditangani dengan cepat dan tepat, anak dapat pulih sepenuhnya. Namun, ada potensi kecil bahwa heat stroke dapat terulang kembali, terutama jika anak mengalami kondisi medis yang mendasar atau jika terpapar kondisi lingkungan yang ekstrem.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memperhatikan kondisi kesehatan anak dan memastikan bahwa mereka menghindari faktor risiko dan menerima perawatan medis yang tepat jika diperlukan. (hln)

Exit mobile version