Kisah Pengabdian Sang Polisi Menciptakan Generasi Qurani di Pelosok Bumi Dharmasraya

LAPORAN - FAUZI

Rumah Tahfidz Bhabinkambtibmas, Pengabdian BRIPKA Eko Menyemai Generasi Qurani di Bumi Dharmasraya

HARIANHALUAN.id – Alunan merdu lantunan ayat suci Al-Qur’an, bergema dari dalam sebuah ruangan sederhana bercat hijau berukuran dua kali tiga meter persegi.

Di dalamnya, sepuluh bocah lelaki yang dibagi menjadi dua kelompok, tampak
riang mendaraskan potongan ayat suci yang hendak disimpan rapi dalam ingatan.

Sejurus kemudian, dengan wajah berbinar beberapa bocah berpeci tersenyum lalu tertawa. Lantas memberanikan diri bergerak bergantian menuju seorang wanita muda bergamis putih, nan sedari tadi duduk bersimpuh menatap teduh.

“Alif lâm mîm, Zaâlikal-kitâbu lâ
raiba fîh, hudal lil-muttaqîn, allaýîna
yu`minåna bil-gaibi wayuqîmånassalâta wa mimmâ razaqnâhumyunfiqun,” lirih si bocah terputusputus dengan mata terpejam mendongak ke atas.

“Panjang pendeknya belum pas Naufal,
Tajwid dengungnya, ulangi sekali lagi! Zaaa- nya kepanjangan,” kata Ustazah muda membetulkan bacaan ayat suci si bocah.

Bocah yang lainnya tertawa girang, segera bergerak ringan menuju sang Ustazah, melafalkan beberapa ayat dengan lantang. Seolah ingin membuktikan, ingatan dirinya lebih baik daripada si kawan sebelumnya.

Dari kejauhan, ditemani cahaya
langit bumi Cati Nan Tigo perlahan memerah berangsur gelap, ingatan masa kecil Haluan sewaktu mengaji di langgar masjid belasan tahun lalu, seolah
kembali diputar Ketika menyaksikan aktivitas setor ayat yang dilakukan para bocah-bocah itu.

Lamunan terhenti, seketika usai azan magrib mulai terdengar dari sebuah musala mungil sederhana yang berada di kompleks Yayasan Adz-Dzikr Ishyaarul Jannah, Dusun Jorong Koto Hilalang II, Nagari Sungai Langkok, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat itu.

Selepas menunaikan salat magrib tiga rakaat berjamaah di musala itu, punggung tiba-tiba disentuh seorang lelaki berusia 40 tahunan. Dengan senyuman ramah sembari berjabat tangan, ia bertanya perihal kedatangan ke tempat itu.

“Oo, wartawan dari Padang. Ingin liputan soal rumah tahfiz ini, ya? Tanya pria yang kemudian memperkenalkan diri bernama Amir ini kepada Haluan.

Ia kemudian bercerita singkat bahwa
Rumah Tahfiz Quran (RTQ) Adz-Dzikr
Ishyaarul Jannah ini, ternyata pada pagi harinya juga dimanfaatkan sebagai Raudhatul Athfal (RA) atau Taman Kanak-Kanak.

Dari penuturan beliau, baru diketahui Yayasan Pendidikan Islam yang bahkan telah menjadi rumah kedua bagi ratusan orang santri ini, ternyata bagi warga sekitar dikenal luas dengan sebutan Rumah Tahfidz Bhabinkamtibmas.

“Iya, pendiri yayasan ini memang seorang polisi. Namanya Bapak Eko. Beliau adalah Bhabinkamtibmas yang bertugas di sini,” jelasnya.

Berbekal informasi itu, Haluan akhirnya berkesempatan menemui sang Bhabinkamtibmas Pendiri Yayasan Adz-Dzikr Ishyaarul Jannah, Bripka Eko Tuis Susilo.

Penampilan Bripka Eko ketika
ditemui di rumahnya tampak begitu sederhana, bersahaja, ramah lagi bersahabat. Wajahnya teduh serta tak sedikitpun kesan seram, apalagi sombong.

Setelah memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud kedatangan, Bripka Eko dengan rendah hati bahkan menolak jika dirinya disebut
sebagai Pendiri Yayasan Adz-Dzikr Ishyaarul Jannah.

“Saya hanya membantu memfasilitasi
keinginan tiga orang pemuda setempat yang ingin mendirikan rumah bimbingan belajar dan baca Al-Qur’an,” ujarnya sembari menyuguhkan secangkir kopi panas.

Ia bercerita, pada tahun 2019 lalu, pada masa awal pandemi Covid-19 , dirinya didatangi ketiga pemuda yang berkeinginan kuat untuk mendirikan sebuah rumah pendidikan keagamaan bagi anak-anak di daerah itu.

Pendirian wadah pendidikan keagamaan di daerah itu pun, kata Eko, sejatinya memang dibutuhkan, sebab saat itu, rata-rata anak usia sekolah yang ada di
Jorong Koto Hilalang II, Nagari Sungai
Langkok, hanya menghabiskan waktu sia-sia dengan bermain ponsel dan gadget.

“Apalagi ketika itu pandemi Covid-19 sedang menggila, anak-anak harus sekolah daring. Sehingga, saya pikir, sangat sayang rasanya jika anak-anak ini hanya membuang-buang waktu dengan bermainponsel saja,” kenangnya.

Berangkat dari kesadaran serta kesempatanadanya niat ketiga pemuda itu, panggilan jiwa pengabdian Korps Bhayangkara Bripka Eko terpanggil. Dirinya bersedia mendukung penuh, bahkan rela melibatkan diri langsung dalam mengurus segala tetek bengek persyaratan administrasi pendirian yayasan yang tentu saja cukup rumit.

Qadarullah, Biidznillah, pada tanggal 25
September tahun 2020, niat tulus Bripka Eko akhirnya terwujud. Akta pendirian Yayasan AdzDzikr Ishyaarul Jannah, resmi disahkan Kementerian Hukum dan HAM lewat selembar surat Nomor AHU-0017066.AH.01.04

Keajaiban lainnya pun segera menyusul. Usai berkonsultasi dengan pihak Departemen Agama setempat pun, Yayasan Adz-Dzikr Ishyaarul Jannah yang semula hendak bergerak pada
bidang Rumah Tahfiz saja, akhirnya disarankan untuk mendirikan lembaga pendidikan lainnya, seperti Lembaga Pendidikan Quran (LPQ), Taman Pendidikan Quran (TPQ), Paud hingga
Raudhatul Athfal (RA).

“Alhamdulillah, jika santri di seluruh lembaga yang ada dikumpulkan dari
tahun 2019, sampai saat ini kami telah memiliki250 orang santri,” ucap Bripka Eko.

Perjalanan yayasan Adz-Dzikr Ishyaarul
Jannah hingga akhirnya terkenal hingga seantero Provinsi Sumatera Barat, kata Bripka Eko, tidaklah berjalan mulus tanpa hambatan. Dalam perjalannya, kata personel Bhabin Kamtibmas Polres Dharmasraya ini, dirinya bersama para pendiri juga banyak mengalami kesulitan.

Mulai dari minimnya fasilitas dan lokasi belajar, adanya pihak-pihak lain yang tidak senang. Hingga keterbatasan biaya yang bahkan harus membuat dirinya merogoh kocek pribadi dari gajinya yang tidak seberapa.

“Namun ajaibnya, selalu saja ada
kemudahan dan pertolongan dari Allah dalam berbagai bentuk bagi kami. Saya meyakini, Allah selalu akan menolong mereka yang berniat baik untuk berjuang dijalannya,” kata Bripka Eko.

Bagi Bripka Eko, janji Allah seperti yang
tertuang dalam surat An-Nashr itu adalah suatu kenyataan. Ia masih mengingat bagaimana yayasan pendidikan islam yang saat ini bahkan telah memiliki 250 orang santri dari tingkat Raudhatul Athfal (RA) hingga Tahfiz Quran ini dimulai dan dirintis.

Dimana menurutnya, dari kelas belajar yangpada awalnya menumpang di rumah salah satu pendiri, kini yayasan itu telah memiliki 12 ruang belajar, beberapa gazebo, hingga satu musala. Penambahan fasilitas itu pun tidak terlepas dari bantuan para dermawan dan donatur.

“Bahkan kami telah menerima hibah tanah seluas 18,5 meter kali 50 meter dari donatur. Di atas tanah hibah itulah bangunan–bangunan perlahan-lahan dan secara berangsur kami bangun sedikit demi sedikit,” katanya.

Ia menerangkan, yayasan Adz-Dzikr Ishyaarul Jannah, saat ini telah melayani jenjang pendidikan Raudhatul Athfal (RA) atau TK, serta Rumah Tahfiz Quran (RTQ). Kedua jenjang pendidikan tersebut dibagi menjadi shift pagi dan siang.

Pada pagi hari, jelasnya, jumlah siswa Paud dan TK yang belajar di yayasan itu berjumlah sebanyak 75 orang santri. Sementara pada sore harinya, mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB, bangunan sekolah itu dimanfaatkan oleh 125 orang santri penghafal Al-Quran yang dibagi menjadi 12 kelas.

”Saat ini kami juga sedang membuka
kesempatan bagi masyarakat sekitar yang memiliki kemampuan untuk menjadi tenaga pendidik. Sedangkan sampai saat ini kami baru memiliki 15 orang guru,” ucapnya.

Menariknya lagi, Bripka Eko serta para pendiri memiliki komitmen yang kuat untuk menyediakan pendidikan gratis bagi para santri yang berasal dari kalangan tidak mampu. Bahkan menurutnya, setiap santri yatim piatu, dibebaskan dari tanggung
jawab membayar SPP senilai Rp100 ribu per santrinya.

“Soal biaya gratis bagi masyarakat tidak
mampu ini adalah niat dan komitmen kami sejak awal.Kemudian, yayasan yayasan Adz-Dzikra Ishyaarul Jannah juga hanya menerima donasi tanpa embel-embel atau maksud tertentu. Demimenjaga independensi,” tegasnya. (*)

Exit mobile version