Itje Chodijah di TPN XI: Kesadaran Personal Belajar Guru untuk Masa Transisi yang Berhasil

Teks foto: Talkshow bersama Nunuk Suryani (kanan), Itje Chodijah (tengah), dan Agus Sukoco (kiri). IST

JAKARTA, HARIANHALUAN.ID — Guru menghadapi banyak tantangan baik dalam pembelajaran maupun karier. Tantangan karier seperti pemerataan peningkatan kesejahteraan guru hingga jaminan kepastian menjadi PPPK atau ASN. Sedangkan tantangan pembelajaran seperti merancang pembelajaran menarik untuk murid dan menggali potensi murid dengan keterbatasan waktu.

Hal tersebut disampaikan oleh Nunuk Suryani, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek pada salah satu talkshow di pembukaan Temu Pendidik Nusantara XI di PosBloc Jakarta Pusat, Sabtu (24/02).

Kurikulum Merdeka dirancang untuk mendukung guru menghadapi masalah tersebut. Kolaborasi dengan kepala sekolah, pengawas, hingga dinas, memungkinkan guru mewujudkan impian murid dengan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna, dengan fasilitas yang ada.

“(Ini adalah) hal yang membantu guru sebagai pemimpin yang berdaya untuk memenuhi mimpi murid-murid,” kata Nunuk.

Guru pun difasilitasi dengan program pendidikan guru penggerak, dimana mereka dapat belajar menggerakkan ekosistem pendidikan. Pasalnya, mewujudkan ekosistem yang merdeka belajar perlu kolaborasi.

“Saat ini pun Kemendikbudristek memfasilitasi Pengelolaan Kinerja melalui PMM. dahulu kinerja guru dilakukan melalui Dupak yang berupa setumpuk berkas. Sedangkan sekarang guru-guru cukup melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, berpusat pada murid, serta pemimpin yang mampu memastikan bahwa murid itu berdaya,” terangnya.

Terkait kolaborasi, Itje Chodijah, ketua Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO, yang juga hadir sebagai narasumber, menegaskan, bahwa semua orang dewasa bertanggung jawab pada kehidupan anak dan kemajuan pendidikan.

Dia juga menyinggung implementasi kebijakan Kemendikbudristek yang harus diterjemahkan pada pembelajaran yang memerdekakan anak. “Termasuk kebijakan daerah, harus menyadari bersama bahwa proses pendidikan bukanlah proses administrasi,” tegas Itje.

“Proses mendidik adalah melatih para pendidik untuk sadar bahwa pendidik itu adalah membangun masyarakat mereka di daerah. Administrasi yang tidak terkait pada kapasitas guru secara langsung perlu dipertimbangkan,” lanjutnya.

Itje juga mengingatkan, dalam masa transisi ini, yang perlu diukur dari kinerja guru adalah kesadaran personal untuk belajar. PMM sebagai fasilitas belajar dari Kemendikbudristek harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

“Sadarkah guru, dalam sembilan puluh menit sesungguhnya ada berapa banyak keputusan harus ditentukan. Oleh karena itu, semua mengambil peran dalam menyadarkan murid bahwa belajar itu untuk dirinya sendiri. Peran semua pihak akan melanjutkan belajar terus,”

Talkshow dengan tema “Peningkatan Kinerja Pendidik oleh Pemimpin yang Berdaya” ini juga dihadiri oleh Agus Sukoco, pengawas Suku Dinas II Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Dia menyampaikan, selain guru dan kepala sekolah, pengawas juga perlu menyadari perannya mewujudkan mimpi murid. Dengan demikian, transformasi ekosistem satuan pendidikan dapat terwujud, yaitu lingkungan belajar nyaman, aman, dan inklusi. (h/rel)

Exit mobile version