Interferensi Bahasa di Era Modern : Tantangan dalam Dinamika Komunikasi Global

Oleh : Salsabillah Syahriza (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang) 

Fenomena globalisasi dan modernisasi sudah menyebar luas dan merajalela dalam berbagai aspek di seluruh dunia. Ruang lingkup global yang sangat luas memungkinkan seseorang untuk melakukan proses komunikasi dengan orang yang bahkan berbeda bahasa dan kebudayaan dengan mereka. Proses komunikasi merupakan aspek yang memiliki peran penting di dalamnya. Tanpa adanya komunikasi perkembangan era global ini tidak dapat terjadi. Dalam proses berkomunikasi tentunya seseorang dituntut untuk paham dan mengerti terkait bahasa yang akan ia lontarkan. Bahasa yang digunakan oleh seseorang akan menjadi nilai ukur terhadap orang lain untuk melihat perkembangannya di era globalisasi dan modernisasi. Menyesuaikan dengan perkembangan di era tersebut setiap orang memiliki tuntutan untuk menguasai dua bahasa atau lebih. Peristiwa ini sudah menjadi hal yang lumrah di khalayak Masyarakat.

Ditinjau berdasarkan realita yang terjadi orang-orang yang menguasai kemampuan tersebut sering mengalami kesulitan dalam penuturannya untuk memfokuskan penggunaan satu bahasa di suatu waktu, tanpa pencampuran dengan bahasa yang lain. Kesalahan dalam penggunaan berbahasa ini disebut dengan istilah interferensi bahasa. Interferensi bahasa sudah tidak asing lagi terjadi di era modern ini, karena dari kecil generasi era modern sudah diajarkan untuk menggunakan dua bahasa di dalam pelaksanaan berbahasa di kehidupan sehari-hari mereka. 

Interferensi bahasa dianggap lumrah terjadi di era modern dan globalisasi sering disepelekan adanya, karena dalam pemikirannya bahwa kesalahan untuk hal tersebut sudah biasa dilakukan, walaupun hal ini sebenarnya merupakan kesalahan fatal dan harus diperbaiki oleh sorang tersebut, karena berdampak kepada pemahamannya dalam penafsiran satu bahasa dengan bahasa yang lainnya.

Ada beberapa hal yang menyebabkan interferensi bahasa terjadi di era global ini, dalam konteks modern, interferensi bahasa sering terjadi karena interaksi yang semakin intensif antara berbagai budaya dan bahasa. 

Berikut beberapa penyebab interferensi bahasa, 

(1) Kode-switching: di lingkungan yang multibahasa, orang sering beralih antara bahasa-bahasa yang mereka kuasai dalam satu percakapan. Misalnya, seseorang bisa mulai percakapan dalam bahasa Inggris dan kemudian beralih ke bahasa ibu mereka di tengah-tengah percakapan.

(2) Pengaruh media sosial: media sosial telah menciptakan lingkungan di mana bahasa dan budaya bersilangan dengan cepat. Orang sering meminjam kata-kata atau frasa dari bahasa lain untuk menyampaikan pesan atau ide dalam bahasa mereka sendiri.

(3) Kreativitas budaya: dalam budaya populer, seperti musik, film, dan seni visual, interferensi bahasa sering terjadi ketika seniman menggabungkan elemen-elemen dari berbagai budaya dan bahasa untuk menciptakan karya yang unik dan menarik. 

(4) Terminologi teknologi: dalam dunia teknologi, istilah dan frasa sering diadopsi dari bahasa lain karena asalnya atau karena kekurangan istilah yang cocok dalam bahasa asli. Contohnya adalah kata-kata dalam bahasa Inggris seperti “internet”, “software”, atau “smartphone” yang telah diadopsi ke dalam banyak bahasa di seluruh dunia. Interferensi bahasa dalam konteks modern mencerminkan kompleksitas hubungan antara bahasa, budaya, dan teknologi dalam era globalisasi saat ini.

Dalam proses terjadinya, interferensi bahasa bukan hanya disebabkan oleh faktor internal, namun banyak faktor eksternal yang juga ikut berperan di dalamnya. Di era modern Interferensi bahasa mendatangkan berbagai tantangan dalam kehidupan, tantangan ini datang dan berubah seiring berjalan dan berkembangnya zaman. 

Ada berbagai tantangan interferensi bahasa di dalam era modern yang harus diatasi. 

(1) Kehilangan identitas budaya: Interferensi bahasa bisa menyebabkan pengaburan identitas budaya. Ketika bahasa-bahasa tertentu mengalami interferensi yang berlebihan, aspek-aspek unik dari budaya tersebut dapat terkikis, mengakibatkan hilangnya keberagaman budaya.

(2) Kesalahpahaman komunikasi: ketika bahasa-bahasa saling tercampur, terkadang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi. Pemahaman kata atau frasa dari satu bahasa mungkin tidak sepenuhnya ditangkap dengan benar dalam bahasa lain, yang dapat menyebabkan kebingungan atau ketidakjelasan dalam komunikasi.

(3) Pertentangan nilai dan norma: interferensi bahasa juga bisa menciptakan pertentangan antara nilai-nilai dan norma dalam budaya yang berbeda. Ketika kata-kata atau ungkapan dari satu budaya diadopsi dalam budaya lain, mereka mungkin memiliki konotasi atau makna yang berbeda, yang dapat menyebabkan ketegangan atau konflik.

(4) Pengaruh dominasi bahasa: dalam situasi interferensi bahasa, bahasa-bahasa yang lebih dominan secara global cenderung memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi bahasa-bahasa yang lebih kecil atau lokal. Hal ini bisa mengancam keberagaman bahasa dan mengurangi keadilan linguistik dalam komunitas-komunitas yang lebih kecil. 

(5) Perubahan struktur bahasa: interferensi bahasa dapat menyebabkan perubahan dalam struktur bahasa itu sendiri. Misalnya, penyesuaian ejaan, tata bahasa, atau sintaksis mungkin terjadi sebagai hasil dari pengaruh bahasa asing, yang dapat mengancam kelestarian bahasa asli. 

Berbagai tantangan yang dihadapi dapat diminimalisir terjadinya jika, seseorang memiliki pemahaman dan kepedulian terhadap bahasa yang ia kuasai, Kepedulian ini tidak terbentuk dengan menggunakan bahasa tersebut secara terus menerus, namun, kepedulian dan pemahaman tersebut dapat tercipta jika orang dengan kemampuan tersebut memiliki niat untuk menguasai suatu bahasa tanpa ada kesalahan penafsiran arti dan makna didalamnya. Untuk mengatasi tantangan ini, penting untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang kompleksitas interferensi bahasa dan mendorong pengembangan strategi yang memperkuat keberagaman bahasa dan budaya dalam lingkungan yang semakin terhubung secara global. (*) 

Exit mobile version