PADANG, HARIANHALUAN.ID – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat (Sumbar) melalui Dinas Pendidikan Sumbar menggelar sosialisasi pengurangan resiko bencana di lingkungan sekolah. Sosialisasi dengan tema Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) tersebut merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan bencana pada satuan pendidikan.
Dalam sambutannya, Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah yang diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumbar, Barlius mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah satu komitmen Pemprov Sumbar dalam mendukung setiap upaya penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dalam semua situasi termasuk dalam keadaan bencana.
“Sosialisasi ini bertujuan untuk melakukan penguatan pengetahuan dan kompetensi serta rencana aksi dari manajemen sekolah di bawah pimpinan wakil kesiswaan tentang program SPAB,” kata Barlius saat membuka acara sosialisasi di Pangeran Beach Hotel, Selasa (23/7).
Ia mengatakan, program tersebut sudah ditetapkan dalam aturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa sekolah harus aman dari bencana.
“Dengan melibatkan seluruh stakeholder terkait seperti pihak BPBD, Bappeda, saya selaku Kepala Disdik dan juga sebagai mantan Kalaksa BPBD serta tim manajemen sekolah dari waka kesiswaan untuk membuat rencana aksi di sekolah tentang SPAB,” katanya lagi.
Ia mengajak seluruh stakeholder dan seluruh lapisan sekolah baik komite sekolah, alumni hingga siswa agar tidak panik dan tetap berpikir logis saat terjadi bencana.
“Saat terjadi bencana, diharapkan untuk tetap cerdas. Karena kalau sudah panik, orang-orang kebanyakan tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Kalau diusahakan berpikir logis, maka pengetahuan seputar mitigasi bencana bisa diterapkan,” ujarnya.
Dikatakannya, pengetahuan seputar bencana tersebut menjadi penting disosialisasikan di sekolah karena, dari dimulainya proses pembelajaran hingga jam pulang sekolah, apa yang terjadi di lingkungan sekolah merupakan tanggung jawab manajemen sekolah.
“Saat terjadi bencana, seluruh manajemen sekolah tidak boleh lari dan menyelamatkan diri sendiri. Mereka harus menyelamatkan siswa juga, guru harus memegang komando agar siswa bisa diarahkan kemana titik kumpul yang aman untuk berlindung,” kata Barlius.
Melalui sosialisasi tersebut, para siswa juga akan dilatih bagaimana cara mengurangi resiko terkena bencana dengan cara berlindung ke tempat-tempat yang sudah diarahkan. Oleh karena itu, ia berharap, sosialisasi tersebut bisa dimaksimalkan penerapannya.
“Ini juga bertujuan untuk meminimalisir korban bahkan jangan biarkan ada korban. Jadi, kita harapkan, sosialisasi mitigasi bencana dilakukan dengan maksimal,” ujarnya.
Barlius menyebut, Sumbar merupakan supermarket bencana alam dimana seluruh bencana alam yang tidak dapat diprediksi sudah pernah terjadi di Sumbar.
“Menurut data hasil pemetaan Inarisk pada tahun 2022, sebanyak 57 persen satuan pendidikan terpapar lebih dari satu ancaman bencana. Di Sumbar, dari 734 sekolah negeri dan swasta, sebanyak 519 (71%) sekolah berisiko tinggi bencana gempa bumi, selain itu sebanyak 465 sekolah (63%) beresiko banjir,” katanya.
Sementara itu, Plh Sekretaris Disdik Sumbar, Benny Wahyudi mengatakan, sosialisasi pengurangan resiko bencana di lingkungan sekolah tersebut diikuti oleh 530 orang yang terdiri dari wakil kepala SMA, SMK dan SLB se-Sumbar serta seluruh Cabang Dinas (Cabdin).
Ia mengatakan, sosialisasi tersebut merupakan program Gubernur Sumbar dan Kepala Disdik Sumbar untuk mempersiapkan satuan SPAB.
“Kita lakukan melalui pemberian pemahaman literasi kepada tenaga pendidik dan peserta didik mengenai apa yang harus dilakukan saat pra bencana, saat bencana maupun pasca bencana,” ujarnya.
Sosialisasi yang rutin dilakukan setiap tahun tersebut bertujuan untuk mengajak satuan pendidikan agar selalu siap siaga dalam menghadapi bencana.
“Sebagaimana yang kita ketahui bahwa, Sumbar merupakan etalase bencana. Oleh karena itu, diperlukan tindakan lebih untuk mengatasi atau mengurangi korban,” katanya.
Ia menyebut, 71 persen satuan pendidikan Sumbar berada dalam zona rawan bencana. Oleh karena itu, diperlukan langkah cepat dan tepat untuk meningkatkan kewaspadaan melalui sosialisasi tersebut.
“Ketika kita ingin mengurangi resiko, kita harus mengurangi hazard dan kerentanan. Lalu pada saat yang sama, perlu peningkatan kapasitas. Itulah mengapa sosialisasi ini penting,” ujarnya. (*)