Fenomena rent seeking aktivitas tambang ilegal, juga dapat dilihat secara nyata dari adanya fenomena penyelewengan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang digunakan untuk bahan bakar alat berat. Hal ini, mustahil terjadi tanpa melibatkan aktor yang lebih besar daripada sekedar masyarakat kecil.
Mengingat begitu kompleksnya aktor yang terlibat dalam fenomena rent seeking tambang ilegal, cukup wajar jika seandainya terjadi persaingan bisnis antar sesama oknum. Kondisi ini bisa saja terjadi dalam kasus yang baru-baru ini terjadi di Solok Selatan.
“Ada lahan kawan yang terambil atau ada yang terusik. Hal ini bisa saja terjadi karena adanya kepentingan yang terganggu,” katanya.
Dewi tidak memungkiri bahwa ada juga sebagian kecil masyarakat pelaku tambang yang akhirnya berhasil membeli alat berat jika beruntung mendapatkan emas dalam jumlah yang banyak.
Namun sekalipun demikian, masyarakat ini tetap membutuhkan perlindungan dari ‘Orang Kuat’ untuk mengamankan jalannya operasi alat beratnya. Untuk memastikan pengamanan tetap berlanjut, mereka biasanya menyetorkan uang dalam jumlah tertentu secara rutin kepada oknum-oknum terkait.
“Ada setoran untuk mengamankan peralatan. Nominalnya beragam. Tapi biasanya mencapai puluhan juta. Tergantung model alat. Sekalipun hal itu sulit dibuktikan dalam bentuk kwitansi pembayaran dan sebagainya, tapi itu ada. Bahkan sudah menjadi rahasia umum,” ucapnya.
Praktek-praktek semacam ini, menjadi alasan kenapa praktek tambang ilegal begitu sulit diberantas. Sebab pada kenyataannya, selalu saja ada pihak-pihak ‘Orang Dalam’ yang berperan sebagai informan bagi penambang.
Mengingat begitu kompleks dan beragamnya oknum-oknum yang terlibat dalam praktek rent seeking tambang ilegal, Dewi meyakini satu-satunya cara untuk memberantas hal ini hanyalah dengan menindak para aktor utama.
“Jadi tidak hanya menertibkan masyarakat pekerja tambang saja. Masyarakat tidak akan berani bekerja jika tidak ada yang membeking, memodali dan sebagainya. Para top elite oknum ini harus benar-benar ditertibkan. Pertanyaannya, berani atau tidak?,” tuturnya. (*)