Mengenal Angin Santa Ana, Biang Kerok Kebakaran Hutan di California Selatan

Damkar berjuang padamkan kebakaran yang meluas di Los Angeles, California, AS. Foto: REUTERS/Ringo Chiu

Damkar berjuang padamkan kebakaran yang meluas di Los Angeles, California, AS. Foto: REUTERS/Ringo Chiu

PADANG, HARIANHALUAN.ID- Kebakaran hutan yang terus melanda Los Angeles dan sebagian besar wilayah California Selatan, Amerika Serikat, diperparah oleh fenomena cuaca yang dikenal dengan nama angin Santa Ana.

Angin panas, kering, dan sangat kuat ini telah memperburuk kondisi di wilayah yang sudah terpapar kekeringan panjang, memicu kebakaran dan membuat upaya pemadaman semakin sulit.

Angin Santa Ana merupakan angin yang berasal dari wilayah bertekanan tinggi di gurun kering Amerika Serikat bagian barat daya, yang bergerak menuju sistem bertekanan rendah di lepas pantai California.

Ketika udara panas ini bergerak melewati pegunungan menuju pesisir, suhu udara meningkat drastis, menciptakan kondisi yang ideal untuk kebakaran.

“Angin Santa Ana sangat berperan dalam menciptakan kondisi kebakaran ekstrem. Banyak ilmuwan dan petugas pemadam kebakaran sepakat bahwa angin ini adalah salah satu faktor penyebab kebakaran paling parah di dunia,” kata Amy Hessl, profesor geografi dan paleoklimatologi di West Virginia University.

Pada awal Januari 2025, San Bernardino County mengalami hembusan angin Santa Ana yang sangat kuat, dengan kecepatan angin mencapai 128 kilometer per jam. Hal ini memaksa pihak berwenang memperpanjang peringatan kebakaran di wilayah tersebut.

Prediksi cuaca menunjukkan bahwa angin kencang ini masih akan berlanjut, semakin memperburuk situasi yang sudah mengkhawatirkan.

“Minggu ini, kita mungkin akan menghadapi lebih banyak angin badai. Hembusan angin yang kuat dapat menghambat operasi pesawat pemadam kebakaran, yang membuat upaya untuk mengendalikan api menjadi semakin sulit,” ujar Alex DaSilva, ahli meteorologi di AccuWeather.

“Bara api yang terbawa angin dapat menyebar dengan cepat ke daerah pemukiman, memaksa warga untuk siap mengungsi dalam waktu singkat,” ucapnya.

Selain angin kencang, wilayah ini juga mengalami kekeringan yang cukup parah. Sejak April tahun lalu, curah hujan di Los Angeles tidak mencapai satu inci pun, padahal pada periode tersebut, kota ini biasanya menerima antara 5 hingga 6 inci hujan.

“Kekeringan yang berkepanjangan telah mengeringkan tanah, menciptakan kondisi yang sangat mudah terbakar,” kata Alex Sosnowski, ahli meteorologi senior di AccuWeather.

Peluang hujan yang dapat membantu mengurangi risiko kebakaran juga terbilang kecil. Meskipun ada perkiraan hujan ringan pada 18-19 Januari, itu diperkirakan tidak akan cukup untuk meredakan situasi. (*)

Exit mobile version