Di sisi lain, fenomena tawuran ini, kata dia, merupakan tanggungjawab bersama. Baik orangtua, guru, murid, pemda juga anggota DPRD. Menurutnya, jalannya adalah semua elemen masyarakat berkumpul bersama menyatukan sikap dan persepsi bersama.
Ia menambahkan, ketika ada tawuran malam Minggu menjelang Subuh, semua pihak jangan hanya diam. “Seperti hujan, saat sudah terjadi kita sibuk mencari payung. Padahal, kenapa kita tidak menyiapkan payung sebelum terjadi hujan itu. Seharusnya kejadian kemarin cukup menjadi pelajaran, sebab tawuran ini sudah terjadi berulang kali,” ucapnya.
Orangtua juga seharusnya mendidik anak agar berkarakter dan tidak memanjakan anak dengan materi saja.
“Banyak anak-anak zaman sekarang yang dididik bukan dengan kasih sayang, tapi dengan materi. Apa yang dibutuhkan mereka, diberi tanpa mereka harus berjuang terlebih dahulu. Sehingga yang terjadi anak-anak sekarang tidak punya karakter, jiwa kasih sayang karena mereka juga tidak mendapatkan kasih sayang,” katanya.
Di sisi lain, mengalihkan waktu dan energi anak-anak muda ke kegiatan positif dan produktif juga salah satu solusi kongkrit. Anak muda yang beraktivitas positif yang padat, malam harinya mereka sudah capek dengan rutinas positif tadi. Sehingga tidak ada celah melakukan kegiatan negatif itu lagi.
Aye juga berpesan untuk anak-anak muda khususnya di Kota Padang, agar menghindari kenalakan remaja seperti tawuran, narkoba, balapan liar dan lainnya.
“Mari lakukan kegiatan positif saja. Kalau tidak bisa memimpin di suatu kampung, setidaknya mereka bisa memimpin diri mereka sendiri dulu dan jangan mengganggu orang dan ketertiban masyarakat,” ujarnya. (*)