Satu Bulan Hidup Bersama Peluru, Korban Luka Tembak Asal Padang Pariaman Terkendala Biaya Operasi

PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Korban luka tembak peluru nyasar asal Padang Pariaman, Bela Cintia (14), belum bisa mendapat perawatan intensif karena terkendala biaya operasi di rumah sakit.

Bocah yang masih duduk di bangku madrasah tsanawiah itu, tertembak pada Februari 2024 dan harus hidup bersama sebutir peluru yang bersarang di perutnya hingga saat ini.

Berdasarkan keterangan keluarga, korban sempat dilarikan ke RSUD Pariaman usai kejadian naas tersebut. Tetapi, operasi yang dijalaninya gagal, sehingga harus menunggu selama tiga bulan untuk melakukan operasi lanjutan.

“Kata dokter, operasi kedua bisa dilakukan setelah luka operasi pertama mengering. Jadi diminta menunggu selama tiga bulan,” ujar ibu kandung korban, Leni Marlina.

Ia menuturkan, usai operasi pertama, korban masih harus melakukan kontrol rutin ke rumah sakit dua minggu sekali. Biaya yang harus ia keluarkan juga tidak sedikit, sehingga harus mencari pinjaman kepada kerabat serta tetangga sekitar.

“Sebelum operasi, pihak kepolisian pernah menyarankan agar Bela dibawa ke rumah sakit Bhayangkara di Kota Padang. Namun, kami terkendala biaya untuk membawa Bela ke sana,” kata Leni.

Ia menjelaskan kondisi terkini putrinya yang tidak bisa beraktivitas seperti normal seperti pergi ke sekolah. Bela biasanya pulang pergi sekolah dengan berjalan kaki, tetapi hal sederhana itu tidak bisa ia lakukan lagi.

Ibunya berharap, peluru yang bersarang di perut anaknya bisa segera dikeluarkan. Begitu juga pihak kepolisian yang diharapkan bisa mengungkap identitas pelaku dan motif penembakannya.

Sebelumnya, keluarga Bela Cintia telah membuat laporan ke Polres Pariaman perihal tragedi naas itu pada Kamis (25/2/2024) lalu.

Keterangan dari pihak kepolisian menyatalan, kronologi kejadian bermula ketika korban berjalan kali dalam perjalanan pulang sekolah di daerah Sungai Lawai Korong Balekok Nagari Kuranji Hulu.

Saat itu, korban mendengar suara dentuman dari atas atap rumah salah seorang warga dan tanpa sadar sebutir peluru menghujan bagian perutnya yang sebelah kiri.

Kejadian tersebut berlalu begitu cepat, tanpa disadari korban yang merasakan sakit pada perutnya langsung jatuh ambruk ke tanah.

Perutnya yang terluka mengeluarkan darah yang cukup banyak. Usai kejadian, pihak keluarga langsung melarikan korban ke puskesmas terdekat yang berada di Sungai Limau, hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Pariaman.

Selang sehari, Bela langsung dijadwalkan untuk menjalani operasi pengangkatan peluru. Ibunya, Leni Marlina, mengaku operasi tersebut gagal yang membuat peluru tidak bisa dikeluarkan dari perut anaknya. (*)

Exit mobile version