AGAM, HARIANHALUAN.ID – Bencana banjir lahar dingin yang melanda simpang Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang pada Jumat (5/4/2024) kemarin meninggal cerita haru bagi warga setempat.
Salah satunya datang dari Lindawati, salah seorang warga yang rumahnya hanyut terseret banjir lahar dingin. Ia menyebut, saat ini yang tertinggal hanya baju di badan.
“Kejadiannya begitu cepat, air datang begitu deras. Saya dan ketiga anak berlari menyelamatkan diri, berlindung di balik pohon bambu,” ucapnya saat ditemui di lokasi kejadian pada Sabtu (6/4/2024).
Linda mengaku tak sempat menyelamatkan harta benda. Semuanya ludes tersapu arus. Di dalam benaknya hanya menyelamatkan diri dari terjangan lahar dingin.
“Hanya bawa baju di badan, semuanya hanyut, tak tersisa apapun,” ucapnya sembari mengais puing-puing di sekitar rumahnya yang hanyut.
Linda mengaku hirau dengan surat-surat berharga seperti ijazah dan seragam sekolah anak-anaknya. Hingga kini katanya, ia belum menerima bantuan dari pemerintah kecuali baru didata apa yang menjadi kebutuhannya. Sementara, uluran tangan baru datang dari ormas dan warga sekitar.
“Kami sangat butuh seragam anak-anak untuk sekolah. Seragam harian sudah banyak dikasih warga, sembako juga ada dari ormas yang saya lupa namanya,” kata Linda.
Linda juga sangat berharap dapat kembali memiliki rumah tempat berlindung. Meski hanya rumah semi permanen seperti rumahnya yang hanyut terbawa banjir.
“Setidaknya ada tempat kami berlindung, sampai kapan menompang di rumah warga. Apalagi sebentar lagi mau lebaran,” kata dia lesu.
Cerita senada juga datang dari Masri, orang tua Lindawati. Masri bercerita, sesaat sebelum kejadian ia telah mendapat aba-aba kalau volume air sungai di samping rumahnya meningkat.
Namun, ia mengira hal itu diakibatkan batang kayu besar yang menutupi jembatan. Tidak berapa lama katanya, warga tampak panik dan lari berhamburan yang disongsong air bah.
“Sekejap saja pak, air sangat besar. Air meluap dari jembatan yang langsung menerjang rumah kami,” katanya.
Masri yang rumahnya berdampingan dengan rumah Linda juga berharap adanya bantuan tempat tinggal mereka. Saat ini, ia mengaku menginap di rumah wali jorong.
“Semoga ada bantuan. Tidak enak lama-lama di rumah orang,” ujarnya berharap. (*)