PADANG, HARIANHALUAN.ID– Teriakan lantang #UsutTuntasKematianAfifMaulana, terdengar begitu keras disuarakan secara serempak oleh puluhan lelaki dan perempuan yang berkumpul di luar pagar halaman Mapolda Sumbar Rabu (26/9) siang kemarin.
Kompak mengenakan Dress Code hitam tanda berkabung, mereka hendak mencari keadilan. Berburu jawaban atas penyebab kematian seorang bocah berusia tiga belas tahun yang mayatnya ditemukan penuh luka lebam dibawah jembatan Kuranji.
Diantara puluhan orang demonstran yang meneriakkan slogan-slogan penentangan terhadap aneka ketidak adilan, berdiri tegar sepasang suami istri. Wajah keduanya terlihat begitu lelah, murung dan sedih. Putus asa tidak tahu hendak mengadu kemana.
“Kemana lagi kami akan mengadu, jika anak kami nyatanya disiksa lalu dibunuh polisi ? ,” ucap Anggun pelan sambil sesekali menatap figura berisi potret wajah seorang anak berusia belasan tahun.
Wanita berusia 32 tahun itu, terlihat sesekali menyeka bulir air mata yang turun membasahi masker hitam yang ia kenakan. Sementara disampingnya, sang suami Afrinaldi terus mencoba untuk terlihat tetap tegar. Namun begitu sorot matanya yang begitu sayu, tidak mampu menyembunyikan rasa kecewa yang jelas tergores di hatinya.
Keduanya adalah orang tua kandung Afif Maulana, bocah malang berusia tiga belas tahun yang kematiannya kini masih menyisakan tanda tanya besar. Apakah keadilan masih ada ? Hukum seperti apa yang akan mampu menyentuh aparat penegak hukum yang tega menyiksa dan membunuh?.
Pertanyaan-pertanyan liar itu, tergambar jelas dalam salah satu spanduk protes yang dibawa Koalisi Masyarakat Sipil Sumbar dalam aksi unjuk rasa damai yang digelar bertepatan dengan peringatan hari anti penyiksaan internasional tersebut.