“Ada geng bintang lima, geng bintang empat, geng bintang tiga atau apapun namanya itu, ada persenjataan senjata yang dipertunjukkan mereka dan ditampilkan di media sosial instagram, facebook, tiktok atau sebagainya,” ucap Irjen Pol Suharyono.
Selama ini, sambung Kapolda, polisi telah melakukan berbagai cara untuk memberantas kelompok geng remaja petarung. Mulai dari upaya deteksi dini, penangkapan atau bahkan melalui pesan-pesan anti tawuran yang selalu dititipkan kepada para orang tua, guru, tokoh masyarakat, agama maupun Forkopimda.
“Kita semua sepakat bahwa tawuran harus kita cegah dan tanggulangi karena mereka semua adalah generasi muda penerus bangsa,” ucapnya.
Pada dinihari sebelum jasad Afif Maulana ditemukan mengambang di sungai Kuranji, jelas Kapolda, aparat kepolisian mendeteksi informasi akan pecahnya tawuran antar geng yang melibatkan sekitar 42 orang remaja di sekitar Jembatan Kuranji.
Namun begitu, pecahnya aksi tawuran itu berhasil dicegah 37 personel gabungan yang berasal dari Polda Sumbar dan Polresta Padang. Mereka berhasil meringkus 18 orang remaja pelaku tawuran. Sementara puluhan remaja lainnya berhasil melarikan diri.
“Di atas Jembatan Kuranji terjadi aksi kejar-kejaran antara Polisi Pengurai Masa atau Raimas dari Sabhara Polda yang memback up kekuatan Polres. 37 anggota Polri ini berhasil mencegah aksi tawuran yang akan terjadi,” katanya.
Salah satu kendaraan anggota geng pelaku tawuran yang berhasil diamankan polisi saat itu, adalah kendaraan yang ditumpangi Afif Maulana dan Aditya. Mereka berhasil dicegat sekitar pukul 03.40 WIB dinihari diatas Jembatan Kuranji.