Tanpa Ada Surat Peringatan, Guru Honorer di MIN 1 Padang Diberhentikan Sepihak

Apriana Saputri

HARIANHALUAN.ID – Nasib kurang elok dialami oleh seorang guru honorer yang mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kota Padang. Guru honorer yang dibayar hanya Rp750 ribu per bulan tersebut sudah mengabdi di sekolah itu selama 1,5 tahun terakhir.

Guru malang tersebut bernama Apriana Saputri yang akrab disapa Buk Nana, adalah wali kelas di lokal 2D. Dia harus berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang guru di sekolah tersebut tanpa diberikan Surat Peringatan (SP).

Meski atasan atau dalam hal ini kepala madrasah berhak dan mempunyai wewenang untuk menilai perilaku bawahannya, namun apa yang dialami oleh Nana tentu tidak patut rasanya jika diberhentikan secara sebelah pihak tanpa adanya teguran secara tertulis seperti SP 1 hingga 3.

Nana mengungkapkan, dia diberhentikan setelah 1,5 tahun mengabdi di sekolah tersebut. Saat diberhentikan pun, Nana mengaku tidak menerima SP apapun dari kepala madrasah selaku atasannya.

Menurut Nana, saat dirinya dipanggil untuk menghadap saat diberhentikan, dia dituduh telah melakukan pelanggaran disiplin, sehingga pihak sekolah mengambil tindakan tegas dengan memberhentikannya.

Nana mengaku ada dua orang yang menjadi korban “pemecatan” sepihak yang dilakukan oleh sekolah tersebut. Yakni Fitri Asri yang juga selaku guru kelas.

Yang lebih disesalkan oleh Nana, saat dilakukan pemecatan terhadap dirinya langsung didatangkan guru pengganti yang jumlahnya sama dengan guru yang dipecat.

“Katanya kemarin itu (waktu pemberhentian sebelah pihak) karena perginya terlambat dan pulang cepat, namun sebelum diberhentikan saya tidak pernah menerima surat peringatan, baik SP 1, 2 maupun SP 3,” ungkap Nana menceritakan.

Sebelumnya, Nana bersama kepala MIN 1 Kota Padang yang lama, Amdani, dia memiliki komitmen bahwa dia memiliki jam untuk mengajar mengaji di MDA di dekat tempat tinggalnya, dan diperbolehkan oleh Kepsek Amdani.

“Namun ketika kepala yang baru ini saya belum sempat membicarakan hal tersebut. Dan ternyata saya langsung diberhentikan dengan alasan pelanggaran disiplin guru,” ucapnya.

Dia juga mengungkapkan, meski datang terlambat ke sekolah tersebut, tetapi Nana mengaku tidak pernah menelantarkan para siswa-siswi di kelas 2D.

Selain itu, jika dia pulang lebih awal, dia juga memastikan bahwa tidak ada lagi jadwal maupun jam mengajar terhadap muridnya.

Nana yang merupakan guru yang cerdas, pandai dalam mengajar dan digemari oleh siswa-siswi di kelasnya tersebut mengakui bahwa dia juga memiliki kesalahan yang tidak membicarakan tentang dia memiliki jam mengajar juga di MDA.

Namun dia menyesali pihak madrasah yang tidak terlebih dahulu memberikan teguran tertulis yang ditujukan kepada dirinya.

Nana juga mengatakan bahwa data dirinya sudah masuk dalam data simpatika di Kemenag yang mana SK atau yang dikenal dengan istilah Perjanjian Kerja seharusnya berakhir pada bulan Desember nanti. Namun pihak sekolah terlebih dahulu memberhentikannya sebelum waktu yang ditentukan di perjanjian kerja.

Saat ini, Nana berharap ada pertimbangan yang matang dari pihak sekolah, dan dia juga berharap ada sekolah lain yang bersedia menerimanya untuk mengajar sebagai guru.

Sementara itu, Kepala MIN 1 Kota Padang, Lilis Andriani, saat di konfirmasi, Selasa, (23/7) di ruang kerjanya yang didampingi para wakil kepala, dan di saksikan oleh ketua komite sekolah, berdalih dengan mengatakan bahwa guru honorer tersebut tidak dipecat, tetapi tidak dapat jam mengajar lagi di sekolah tersebut.

“Dua orang guru honorer yang sudah diwawancarai oleh rekan-rekan media tersebut benar tidak dapat jam lagi mengajar. Namun tidak ada kata dipecat,” katanya.

Katanya lagi, dia mengetahui Nana yang merupakan guru yang juga diakuinya cerdas dan memiliki nilai kinerja yang baik saat mengajar tersebut, memiliki jam untuk mengajar di tempat lain.

Akhirnya, Nana disuruh untuk memilih antara mengajar hanya di sekolah tersebut atau hanya mengajar di MDA yang secara geografis dekat dengan rumahnya. Alhasil, menurut pengakuan Lilis, Nana memilih untuk mengajar di MDA saja.

“Saya memang tidak mengeluarkan SP namun, sudah ada beberapa kali kesalahannya yang sudah ditegur,” aku Lilis. (h/win)

Exit mobile version