Petahana Bertumbangan di Pilkada Serentak 2024, Apa Kata Pengamat?

PADANG, HARIANHALUAN.ID- Bertumbangannya sejumlah kandidat petahana di sebagian besar kabupaten/kota di Sumatera Barat (Sumbar) pada Pilkada Serentak 2024 merupakan indikasi ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja kandidat petahana.

Dengan kata lain, sebagian besar petahana di Sumbar dinilai tidak mampu memenuhi ekspektasi masyarakat selama mereka menjabat.

Pakar Politik dari Universitas Andalas (Unand), Prof. Asrinaldi. Ia menilai, pilkada menjadi ajang bagi masyarakat pemilih untuk mengevaluasi kinerja dan rekam jejak kandidat bupati/wali kota petahana.


Apabila selama menjabat kandidat petahana tidak memiliki kinerja yang luar biasa, maka masyarakat pasti akan cenderung menjatuhkan pilihan kepada calon alternatif baru yang dinilai lebih sesuai dengan harapan masyarakat.


“Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, masyarakat pemilih akan lebih mudah untuk membangun perbandingan-perbandingan capaian kinerja yang telah dilakukan petahana
sebelumnya,” ujarnya kepada Haluan, Kamis (28/11).


Asrinaldi menilai, tumbangnya beberapa kandidat petahana di banyak kabupaten/kota pada Pilkada Sumbar 2024 mengindikasikan masyarakat pemilih di beberapa daerah menilai kandidat petahana tidak mampu berbuat banyak selama berkuasa.


Faktor penilaian masyarakat terhadap kinerja dan rekam jejak petahana ini ditambah lagi dengan kegagalan kandidat petahana mempertahankan basis suara dan kantong-kantong pemilihnya pada pemilihan sebelumnya.


“Apalagi jika kita lihat bahwa banyak sekali calon yang baru muncul justru memperkuat relawan di basis petahana, akhirnya petahana tidak bisa berbuat banyak,” ucapnya.


Selain hal itu, beberapa kandidat petahana juga tidak didukung dengan logistik pemenangan yang cukup pada masa kampanye. Terlebih sesuai aturan pada masa kampanye, mereka diharuskan mengambil cuti di luar tanggungan negara.


“Hal ini menjadi alasan kenapa petahana yang bisa kembali terpilih untuk periode kedua hanyalah petahana yang memiliki tingkat kepuasan masyarakat di atas 75-80 persen. Contohnya saja di Kota Solok dan Kabupaten Solsel,” ujarnya. (*)


Exit mobile version