Secara terpisah, saat ditemui Haluan di sebuah kedai kopi, Mulyadi bercerita bahwa ia sudah dipercaya menjadi ketua tim kampanye pada Pilkada Pariaman tahun 2008. Kepercayaan itu terus ia dapatkan sampai Pilwako 2018, dengan kemenangan terhadap paslon yang didukungnya.
Tahun ini, giliran dirinya yang maju langsung sebagai kontestan menjadi wakil dari Yota Balad. Tentunya, kepiawaiannya mengatur strategi dan membaca pergerakan lawan secara bertahap berhasil menaikkan elektabilitasnya selama masa kampanye.
“Tentunya, kita harus memiliki strategi dan pergerakan yang terstruktur. Serta memanfaatkan dengan sebaik mungkin berbagai sosial media sesuai dengan target dan usia pemilih,” ringkas Mulyadi.
Berbeda dengan Yota Balad, Mulyadi sendiri mengaku tak pernah memimpikan karier sebagai kepala daerah. Ia justru merasa amat nyaman dengan pengalamannya sebagai anggota legislatif yang mewakili suara rakyat secara langsung.
“Untuk berinteraksi dengan masyarakat, tentu menjadi dewan atau wakil rakyat adalah posisi yang sangat strategis. Namun, dengan jabatan di eksekutif sebagai pembuat kebijakan, peranan kita tak kalah pentingnya untuk masyarakat,” ujar Mulyadi.
Pengalamannya menjadi anggota dewan di Kota Pariaman selama tiga periode berhasil mengantarkannya ke kursi wakil wali kota. Menurut Mulyadi, pengalaman itu yang membuatnya lebih memahami kebutuhan masyarakat untuk kemudian dituangkan menjadi visi misinya saat mencalonkan diri. (*)