Ia mengatakan, dalam hal ini harus memiliki strategi bagaimana bisa mengantisipasi apabila terjadi kerawanan tinggi. Jika terkait geografis masuk kategori rawan misalnya, mungkin akan berpengaruh terhadap logistik, bagaimana pihaknya mengantisipasi distribusi logistik bisa dilakukan sesuai dengan regulasi yang ada dan tidak terjadi keterlambatan.
Kemudian kalau rawannya di persoalan keamanan, pihaknya dapat mengantisipasi dengan menjalin hubungan koordinasi dan komunikasi yang intensif dengan pihak keamanan.
Lebih jauh Yanuk mengatakan, tantangan pemilu di Sumbar memang bagaimana bisa mencerdaskan pemilih. Pasalnya, karena jika sudah menjadi pemilih yang cerdas, maka bisa menyampaikan ataupun menyalurkan aspirasinya dan bisa menggunakan hak suara.
Tidak hanya itu, katanya, setelah pemilu bagaimana supaya siapapun yang terpilih penetapan pemilu yang dilakukan KPU bisa diterima oleh siapapun dan tidak ada polarisasi yang tersisa.
“Ini bisa diwujudkan dengan cara menciptakan pemilih yang cerdas. Cerdas dalam menggunakan hak suara dan cerdas bagaimana bersikap setelah pemilu,” katanya.
Yanuk juga mengatakan, literasi politik di Sumbar sangatlah unik, karena dari pemilu ke pemilu memang sangat unik. Ia berharap memang sebagaimana keunikan dimiliki masyarakat Sumbar terus berlanjut dan badunsanak, yang dimiliki masyarakat selama pemilu ke pemilu bisa direalisasikan dan berharap akan terus dijaga.