HARIANHALUAN.ID – Aktif berorganisasi dan banyak relasi membuat Mulyadi diberi kesempatan terjun ke dunia politik dengan menjadi anggota dewan. Tidak tanggung-tanggung, dia bahkan sudah menjabat di DPRD Kota Pariaman selama tiga periode, dari ketua komisi sampai menduduki kursi Wakil Ketua II DPRD Kota Pariaman periode 2019-2024.
Pria kelahiran 15 September 1975 ini mengaku tak pernah merencanakan keikutsertaan dalam pemilihan legislatif pertamanya. Dia memilih maju lantaran adanya dukungan dari orang-orang sekitar, terutama partai politik yang mengusung namanya kala itu.
Kendati begitu, bagi Mulyadi jabatan yang ia emban harus dijalankan dengan penuh tanggungjawab. Sepanjang kariernya, pria 48 tahun itu mengaku sudah melahirkan beberapa peraturan daerah (perda) inisiatif sebagai regulasi program pemerintah yang berjalan hingga saat ini.
“Sebagai orang yang digaji pemerintah dan bertanggungjawab untuk rakyat, saya merasa harus menjalankan kewajiban ini dengan sungguh-sungguh. Alhamdulillah, bisa dikatakan saya sebagai salah satu anggota dewan yang memiliki beberapa perda inisiatif,” ujarnya.
Kepada Haluan di ruangan kerjanya, Senin (16/10/2023), Mulyadi bercerita panjang lebar tentang latar belakang lahirnya sejumlah perda inisiatif tersebut. Ia mengatakan, usulan-usulan itu hadir dari aspirasi masyarakat yang ia temui secara langsung di lapangan.
Adapun perda inisatif yang hadir semasa jabatannya sebagai anggota DPRD Kota Pariaman adalah perda inisatif tentang penyelenggaraan pendidikan, perda inisatif tentang pelayanan kesehatan, dan perda inisatif tentang kepemudaan.
“Kemudian yang terbaru dan sedang proses itu ada perda inisiatif tentang fasilitasi pendidikan keagamaan, serta tentang perlindungan kearifan lokal, adat, dan kebudayaan,” ujarnya.
Ketika bercerita, Mulyadi tampak cukup bersemangat menyampaikan saran dan harapan tentang implementasi sejumlah perda inisiatif yang ada. Termasuk dua perda inisatif baru yang katanya masih dalam proses untuk disahkan.
“Perda inisatif tentang perlindungan kearifan lokal, adat dan kebudayaan itu hadir dari kondisi masyarakat kita yang masih menjunjung nilai-nilai kebudayaan dan kebiasaan adat. Jadi, itu harus dilestarikan agar generasi penerus tidak merasa asing dengan budayanya sendiri,” katanya memaparkan salah satu perda inisiatif terbaru.
Satu lagi perda inisiatif terbaru ialah tentang fasilitasi pendidikan. Latar belakang diusulkannya juga berawal dari kondisi masyarakat. Orang Pariaman sampai saat ini masih menjunjung tinggi pendidikan agama dan keseharian yang Islami lewat pondok tahfiz, pesantren dan tempat ibadah yang banyak berdiri.
Berangkat dari sana, penting bagi pemerintah untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat dari berbagai kemungkinan penyelewengan, seperti kasus pelecehan hingga adanya indikasi ajaran agama yang tidak sesuai syariat.
Cukup tiga periode di Kota Pariaman, kali ini Mulyadi mencoba melangkah maju pada pemilihan legislatif tingkat provinsi. Ia menyebut, keputusan tersebut diambil karena ia ingin keluar dari zona nyaman, begitu juga DPRD yang harus melakukan regenerasi.
“DPRD itu kan perlu regenerasi, bukan hanya persoalan umur, tapi tentang adanya penyegaran-penyegaran. Kalau terlalu lama berada di zona itu, maka kita akan merasa terlalu nyaman dan akhirnya tidak ada motivasi lagi karena merasa tidak ada tantangan,” katanya.
Mulyadi berharap, pencalonan di tingkat Sumbar ini akan memicu motivasinya untuk membuat perubahan yang lebih besar. Dia ingin menjadi lebih bermanfaat untuk masyarakat dari perannya saat ini.
“Jadi, saya ingin ada motivasi, perubahan yang lebih besar, beban kerja yang lebih besar, ruang yang lebih besar, serta orang-orang yang lebih banyak. Saya ingin ada suasana baru, sehingga menimbulkan inspirasi baru. Semoga kalau diberi amanah, saya bisa lebih bermanfaat dari yang sekarang,” tuturnya.
Lebih lanjut mengulik kesibukan di samping jabatan Wakil Ketua DPRD Kota Pariaman, Mulyadi adalah orang yang aktif di berbagai organisasi masyarakat. Saat ini, dia juga menjabat Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Pariaman periode 2021-2026, Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan sejumlah organisasi lainnya.
Kesukaan Mulyadi dalam berorganisasi sudah terbentuk sejak duduk di bangku sekolah. Dia mengatakan, saat SMP dirinya sudah aktif dalam kegiatan pramuka. Bahkan ia tak ketinggalan menjabati posisi ketua kelas di masa sekolah menengahnya. “Saya dari SMP sudah masuk pramuka. Berkat binaan yang saya dapat, sampai ke tingkat SMA juga jadi sering diamanahkan sebagai ketua kelas,” tuturnya.
Meski punya banyak kesibukan, Mulyadi adalah sosok ayah dan suami yang mengutamakan keluarga. Julukan family man tampaknya cocok ia sandang mengingat dedikasinya yang besar memanfaatkan waktu bersama anak dan istri.
Ayah dua anak itu mengatakan, sebelum memulai pekerjaan ia selalu menyempatkan diri mengurus buah hatinya untuk berangkat ke sekolah. Momen berinteraksi dengan anak-anaknya dijadikan sebagai prioritas yang tidak boleh ditinggalkan.
Tidak hanya kepada dua putranya yang duduk di bangku sekolah dasar dan SMP, Mulyadi juga menyempatkan untuk bercerita santai dengan sang istri sebelum berangkat kerja. Menurutnya, itu adalah waktu luang yang harus dimanfaatkan meski hanya sekedar mendengar keluh kesah istrinya.
“Setelah mengantar anak-anak, sembari menunggu pukul delapan, saya juga menyisihkan waktu bersama istri. Bagi saya selagi tak ada aktivitas di luar, maka saya akan selalu mengusahakan untuk stay berada di rumah,” ujarnya.
Mulyadi mengakui waktu bersama keluarga banyak terganggu karena pekerjaan dan rutinitasnya di luar rumah. Apalagi, katanya, menjadi anggota dewan adalah pekerjaan yang tidak mengenal waktu libur. “Waktu bersama keluarga tentu terganggu, tapi semua itu bergantung pada cara kita memanfaatkan waktu yang dimiliki seefektif mungkin,” katanya. (*)