Menurutnya, tantangan terhadap pemerintah baru presiden terpilih, bagaimana menjaga keutuhan negara. Pasalnya, di tingkat bawah dirinya menangkap, memang banyak sekali kesulitan yang dihadapi, tentu ini menjadi kesadaran kolektif, bagaimana menyikapi terutama soal pengangguran, prioritas hukum, meningkatkan investasi.
Kemudian, persoalan di kalangan generasi muda akibat tingkat pengangguran yang tinggi, banyaknya pabrik atau industri yang pindah ke berbagai negara dikarenakan berbagai faktor yang tidak kondusif.
Irman Gusman mengatakan, bahwa PSU DPD Sum-bar sebuah sejarah di Indonesia,dan betul-betul pemilihan DPD tanpa adanya kaitan dengan pemilihan lembaga presiden dan DPR. Hal ini kemurnian DPD sehingga hasil yang diperoleh dari empat jumlah kursi per provinsi ini menunjukkan tingkat pemilihanbyang lebih murni pula.
“Saya bisa satu diantara empat DPD terpilih, dengan jumlah pemilih yang cukup signifikan, walaupun tingkat partisipasinya rendah, dan ini memang sudah disadari. Bahkan menurut saya partisipasi sampai 36 persen sudah cukup tinggi,” katanya.
Ia juga mengatakan, PSU DPD tidak bisa dibandingkan dengan pemilihan 14 Februari 2024. Bukan soal jumlah besar negara mengeluarkan uang sebanyak Rp 400 miliar, tapi lihatlah bagaimana negara melindungi hak warga negaranya, hak politik, baik yang dipilih maupun yang memilih.
“Oleh karena itu, ke depan rakyat Indonesia bersyukur atas putusan MK, terutama PTUN dihargai, karena banyak putusan PTUN tidak dieksekusi. Sekarang dengan putusan MK orang berhati-hati kalau sudah ada putusan PTUN ya sudah dilaksanakan saja, karena ada kepastian hukum,” ucapnya.
Untuk diketahui, dalam pengumuman resmi yang disampaikan Ketua KPU Sumbar, Surya Efitrimen, menyebutkan empat nama yang memperoleh suara terbanyak di PSU Pemilu DPD Sumbar.
Mereka adalah Cerint Iraloza Tasya dengan jumlah suara sebanyak 283.020 suara, disusul Muslim M Yatim sebanyak 199.919 suara, Jelita Donal sebanyak 187.765 suara, dan Irman Gusman sebanyak 176.987 suara. (*)