Bagi Eka Vidya, mengemis-ngemis proyek pembangunan ke Jakarta, sebenarnya bukanlah sebuah strategi pembangunan daerah yang baik dan patut dipuji-puji keberhasilannya setinggi langit.
Apalagi kenyataanya, dana yang dikumpulkan pemerintah pusat untuk menjalankan proyek pembangunan itu, adalah dana yang justru juga berasal dari daerah sendiri. Daripada mengemis proyek ke pusat, sambung dia, akan lebih cerdas lagi jika strategi yang dilakukan kepala daerah adalah berupa program pengembangan investasi atau mengundang investor ke daerah.
“Jadi apa hebatnya Anggota DPR-RI yang hanya mengantarkan dana aspirasi ke daerah itu?. Jadi inilah yang membuat kita gagal menjadi daerah maju. Karena tolak ukur maju dan hebat yang kita gunakan, ya adalah seberapa hebat dan canggih kemampuan sang anggota dewan mengemis dana ke pusat,” ucapnya
Eka Vidya menegaskan, jika Sumatera Barat dipimpin oleh para pemimpin yang cerdas, pembangunan daerah pasti akan tetap bisa berlanjut dalam kondisi dan situasi politik apapun.
Lebih keras lagi, ia bahkan mencontohkan bagaimana perjuangan tokoh-tokoh negarawan hebat Minang masa lalu seperti halnya Agus Salim dan kawan-kawan dalam membangun Sumbar pada saat umur kemerdekaan Indonesia baru seumur jagung.
“Tokoh-tokoh kita dahulu seperti Agus Salim dan kawan-kawan, lawan negosiasinya itu bukan Jakarta. Tapi penjajah. Berhasil juga kok mereka. Nah ini kita sekarang negosiasi dengan bangsa sendiri saja begitu sulitnya. Makanya saya katakan tadi bahwa Sumbar hari ini sedang mengalami krisis kepemimpinan,” pungkasnya. (*)