Menurut Vasco, salip menyalip antara dirinya dengan Audy, tidaklah pernah terjadi. Dirinya, dengan Audy, sudah kenal lama. Dengan adik Audy, Vasco bahkan mengaku sangat dekat di Jakarta.
“Tidak ada salip menyalip, sampai detik ini hubungan Audy dengan Buya Mahyeldi sangat baik. Tapi dengan adanya kepentingan politik yang lain sengaja di goreng sehingga terjadilah apa yang dibicarakan. Namun berdasarkan mata kepala saya mereka berdua masih saling berkomunikasi dengan baik,” ucap Vasco.
Vasco menjelaskan, terciptanya poros PKS-Gerindra dan persandingannya dengan Mahyeldi, berangkat dari suatu kesamaan visi dan tujuan dalam membangun peradaban Sumatera Barat.
Keputusan politik itu, diambil untuk mempercepat terjadinya akselarasi pembangunan di Sumatra Barat di era kepemimpinan presiden Prabowo Subianto yang punya sejarah dua kali menang Pilpres di Sumatera Barat.
“Itulah dia Presiden kita Prabowo Subianto, meskipun pada Pilpres lalu beliau kalah di Sumbar, tapi beliau tetap berniat membangun Sumbar, beliau berharap tidak boleh melupakan Sumbar. Meskipun kita kalah tapi perhatian bagi Sumbar tidak boleh tidak. Sumbar punya nilai historical tersendiri bagi Prabowo,” ucap Vasco menirukan pesan khusus sang Presiden terpilih.
Vasco menyebut hampir semua orang menyadari selama lima tahun terakhir, PKS dan Gerindra di Sumatera Barat memang hampir selalu terlihat ‘panas’ dan berseberangan. Kondisi itu menjadi kendala terhambatnya akselarasi pembangunan daerah di segala bidang.
“Dari situ kiat pelajari bahwa kita butuh akselarasi dan keinginan bersama.untuk membangun Sumbar. Jadi jangan lagi saling serang. Mari memundurkan ego masing-masing. Itu poin dari keputusan pimpinan partai,” tegasnya.
Vasco menekankan, proses politik yang terjadi antara dirinya dengan Buya Mahyeldi, semata-mata terjadi demi terwujudnya percepatan pembangunan Sumatera Barat di segala bidang.