PADANG, HARIANHALUAN.ID – Bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke-79, Harian Umum Haluan resmi meluncurkan kanal Podcast Talkshow Digital bertajuk ‘Haluan Talk’ di Studio Redaksi Harian Haluan di Kompleks Lanud Sutan Sjahrir Kota Padang, Sabtu (17/8/2024) kemarin.
Diluncurkan tepat jelang penyelenggaraan pesta demokrasi Pikada serentak 2024, edisi perdana Haluan Talk, menghadirkan dua politisi muda yang akan bertarung di arena Pilgub Sumbar, serta Pemilihan Wali Kota (Pilwako) Padang 2024, yaitu Vasco Rusaemy dan Hendri Septa.
Dalam sesi wawancara eksklusif yang dipandu langsung Pemimpin Umum Harian Haluan, Zul Effendi itu, kedua politisi masa depan Sumatera Barat ini bercerita dan blak-blakan soal visi misi, mimpi hingga proses pembentukan poros koalisi yang terjadi di seputar pencalonan mereka.
“Haluan Talk adalah program khusus Harian Haluan, yang sengaja dihadirkan untuk mengukur serta menakar visi misi, mimpi dan harapan para calon pemimpin daerah di Sumatera Barat. Program yang dihadirkan Haluan hari ini adalah bagian dari kerja jurnalistik pers demi mengawal demokrasi,” kata Pemimpin Umum Harian Haluan, Zul Effendi.
Dalam edisi perdana Haluan Talk, Hendri Septa adalah calon kepala daerah pertama yang mendapatkan kesempatan bedah ‘Isi Kepala” bersama Haluan.
Pada momen itu, Wali Kota Padang incumbent dari PAN tersebut awalnya bercerita soal terbentuknya poros PAN-Gerindra di panggung Pilwako Padang 2024. Hendri Septa mengaku, semua berawal setelah kepulangannya dari tanah suci Makkah.
“Komunikasi dengan Pak Hidayat bukan baru-baru ini saja. Tapi sudah lama. Bahkan sebelum dilantik sebagai Wali Kota Padang hubungan ini sudah dibangun. Mungkin inilah yang dikatakan jodoh, dan kami berpasangan di Pilwako Padang,” ucap Hendri Septa menjawab pertanyaan soal proses terbentuknya pasangan Hendri Septa-Hidayat.
Hendri Septa mengaku, dirinya percaya bahwa koalisi antar partai, harus didasari dengan niat tulus menciptakan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini, PAN dan Gerindra jelas telah sama-sama berkomitmen bekerja untuk rakyat.
Ketika dua kekuatan politik besar di Padang Kota Padang ini dipersatukan, kekuatan yang terkumpul sudah lebih dari cukup. Sebab, Gerindra punya 7 kursi dan PAN punya 5 kursi. Jumlah kursi ini bahkan melebihi syarat minimal pencalonan sebanyak 9 kursi di parlemen.
“Kami mohon dukungan warga Kota Padang, kami punya fakta kerja nyata untuk keberlanjutan. Jika saya diamanahkan kembali saya akan bekerja sebaik-baiknya, untuk menciptakan Kota Padang lebih bersih, indah dan nyaman,” ucap Hendri Septa.
Sesi kedua tayangan perdana Haluan Talk, juga berhasil menghadirkan sosok politisi muda fenomenal yang telah resmi diusung poros digdaya PKS-Gerindra di pentas Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumbar 2024.
Figur politisi muda yang cerdas dan punya jaringan cukup luas ini, adalah Vasco Ruseimy yang diutus langsung Presiden terpilih Prabowo Subianto sebagai pendamping Gubernur Sumbar Incumbent Mahyeldi Ansharullah.
Dalam kesempatan pertamanya tampil di media massa usai resmi diusung poros PKS-Gerindra itu, Vasco Rusaemy bersedia menjawab blak-blakan beberapa poin pertanyaan publik terkait dengan kemunculan dirinya di panggung politik Sumatera Barat.
Termasuk soal kekhawatiran bahwa pasangan ini telah ‘Kawin Paksa’ dibawah todongan ancaman kasus hukum yang diarahkan ke PKS Sumbar selama tiga periode kepemimpinan terakhir.
“Inilah uniknya Sumatera Barat, orang kita suka menduga-duga, berspekulasi bahkan cenderung percaya teori konspirasi. Yang jelas hubungan saya dengan Buya Mahyeldi dan Uda Wagub Audy baik-baik saja,” ujarnya membuka perbincangan.
Menurut Vasco, salip menyalip antara dirinya dengan Audy, tidaklah pernah terjadi. Dirinya, dengan Audy, sudah kenal lama. Dengan adik Audy, Vasco bahkan mengaku sangat dekat di Jakarta.
“Tidak ada salip menyalip, sampai detik ini hubungan Audy dengan Buya Mahyeldi sangat baik. Tapi dengan adanya kepentingan politik yang lain sengaja di goreng sehingga terjadilah apa yang dibicarakan. Namun berdasarkan mata kepala saya mereka berdua masih saling berkomunikasi dengan baik,” ucap Vasco.
Vasco menjelaskan, terciptanya poros PKS-Gerindra dan persandingannya dengan Mahyeldi, berangkat dari suatu kesamaan visi dan tujuan dalam membangun peradaban Sumatera Barat.
Keputusan politik itu, diambil untuk mempercepat terjadinya akselarasi pembangunan di Sumatra Barat di era kepemimpinan presiden Prabowo Subianto yang punya sejarah dua kali menang Pilpres di Sumatera Barat.
“Itulah dia Presiden kita Prabowo Subianto, meskipun pada Pilpres lalu beliau kalah di Sumbar, tapi beliau tetap berniat membangun Sumbar, beliau berharap tidak boleh melupakan Sumbar. Meskipun kita kalah tapi perhatian bagi Sumbar tidak boleh tidak. Sumbar punya nilai historical tersendiri bagi Prabowo,” ucap Vasco menirukan pesan khusus sang Presiden terpilih.
Vasco menyebut hampir semua orang menyadari selama lima tahun terakhir, PKS dan Gerindra di Sumatera Barat memang hampir selalu terlihat ‘panas’ dan berseberangan. Kondisi itu menjadi kendala terhambatnya akselarasi pembangunan daerah di segala bidang.
“Dari situ kiat pelajari bahwa kita butuh akselarasi dan keinginan bersama.untuk membangun Sumbar. Jadi jangan lagi saling serang. Mari memundurkan ego masing-masing. Itu poin dari keputusan pimpinan partai,” tegasnya.
Vasco menekankan, proses politik yang terjadi antara dirinya dengan Buya Mahyeldi, semata-mata terjadi demi terwujudnya percepatan pembangunan Sumatera Barat di segala bidang.
Kebersamaan dengan PKS seperti halnya yang pernah terjadi pada era kepemimpinan Irwan Prayitno – Alm Nasrul Abit, ditakdirkan kembali terulang untuk menciptakan Sumatera Barat lebih baik.
Pasangan Mahyeldi-Vasco, tercipta atas dasar kesepahaman itu. Apalagi, kolaborasi dan kerjasama yang telah diperjuangkan Ketua DPD Gerindra Sumbar, Andre Rosiade di tingkat pusat seperti proyek pembangunan Flyover Sitinjau Lauik, percepatan pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru dan sebagainya telah sukses dilakukan demi mempercepat akselarasi pembangunan Sumbar.
Vasco menyadari, saat ini memang mulai terjadi pembelahan polarisasi dukungan masyarakat Sumbar. Ada yang menginginkan perubahan serta ada yang mendengungkan keberlanjutan sebagaimana lazimnya kontestasi politik lima tahunan.
“Namun bagi kami, kita semua pada dasarnya punya visi yang sama. Meskipun caranya berbeda, tapi inilah waktu bagi kita untuk menjadikan pesta demokrasi ini untuk menyatukan dan merangkum semu kekuatan demi membangun Sumatra Barat yang lebih baik,” pungkasnya. (*)