PADANG, HARIANHALUAN.ID — Tokoh perempuan Ranah Minang yang sudah malang melintang dalam dunia perpolitikan, Emma Yohanna melihat bahwa perempuan di Minangkabau cukup berperan aktif dan mendapatkan posisi yang strategis dalam pemilihan legislatif. Namun, dalam pemilihan eksekutif, perempuan Minangkabau belum ada yang mampu menjajaki hingga menjadi kepala daerah.
Biarpun demikian, ia berharap para perempuan yang hari ini berani maju dalam kontestasi Pilkada 2024 akan mendapatkan tempat di hati tengah masyarakat dan mampu menjadi pemimpin di garda terdepan.
“Perempuan di Ranah Minang memiliki potensi, memiliki kekuatan untuk memimpin. Seperti di Dharmasraya, meskipun Annisa masih terhitung baru masuk ke dalam dunia politik, tapi dia sudah diakui secara internasional. Bekal dan kekuatannya untuk memimpin dirasa cukup. Wakilnya juga seorang birokrat, sudah menduduki berbagai bidang juga,” kata Emma kepada Haluan, Senin (2/9).
Mantan anggota DPD RI itu menyebut, maju sebagai kandidat kepala daerah di Ranah Minang tentu tidaklah mudah, karena pada dasarnya Minangkabau masih kental dengan peran laki-laki sebagai pemimpin. Akan tetapi, hal itu tidak menutup kemungkinan bagi perempuan maju untuk dalam kontestasi pilkada.
“Sebagian masyarakat masih memiliki kekhawatiran apabila suatu daerah dipimpin oleh seorang perempuan. Ini sebenarnya hanya mengenai bagaimana perempuan mampu melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat dan membuat mereka percaya bahwa perempuan juga punya power,” tuturnya.
Di lain pihak, ia memandang rendahnya partisipasi tokoh perempuan dalam pemilihan kepala daerah di Minangkabau salah satunya dikarenakan oleh faktor keberanian. Meskipun keberadaan perempuan dan laki-laki sama, tapi hal itu dirasa tak cukup untuk menjadi pegangan bagi perempuan untuk maju. Mereka seringkali terhalang rasa takut untuk berlaga dalam pilkada. “Faktor lain juga mungkin karena politik saat ini sudah tidak lagi sehat, sehingga seringkali dihadapkan oleh faktor keuangan,” ujarnya.
Politik saat ini, katanya melanjutkan, menjadi keras lantaran salah satu faktor terbesar untuk bisa maju adalah harus memiliki modal besar. “Yang namanya politik tentu butuh modal. Mungkin ini juga yang menjadi salah satu faktor penghalang perempuan maju dalam pilkada maupun pileg. Di sisi lain, masyarakat cara berpikirnya juga ikut tercemar karena politik uang,” katanya.
Sebagai figur yang pernah maju pada Pemilihan Wali Kota (Pilwako) Padang 2013, ia mengungkapkan bahwa perempuan yang maju pada Pilkada 2024 memang harus mempersiapkan segala sesuatunya.
“Dalam kontestasi politik cerdas dan sehat, para calon ini harus gigih mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, lantaran masyarakat adalah penentu maju atau tidaknya ia sebagai pemimpin nantinya,” tutur Emma. (*)