Mengenai sosok Epyardi Asda, Taufik menilai bahwa sosok Epyardi kerap tampil sebagai antitesis dari Mahyeldi, baik dari segi gaya maupun simbol-simbol kampanye.
“Ketika Epyardi datang sebagai calon gubernur, ia menampilkan diri sebagai kebalikan dari Mahyeldi, seperti lewat simbol gambar menggunakan motor tanpa helm dan tanpa spion,” ujarnya.
Namun, Taufik menegaskan bahwa perbedaan antara Epyardi dan Mahyeldi tak hanya berhenti pada simbol tersebut. Setelah fase kampanye awal, perbedaan yang lebih mendalam antara kedua kandidat mulai terlihat, terutama dalam gaya kepemimpinan dan visi mereka untuk Sumbar.
Sementara terkait wakil, Taufik menyebut tetap memberikan kontribusi meskipun tidak sesignifikan bagi Calon Gubernur.
“Dari Vasko bisa meraup suara dari pemilih Gen Z, tapi yang jelas kontribusi antara keduanya pastilah tidak sama,” ujarnya.
Di sisi lain, Taufik menyoroti pilihan Epyardi untuk menggandeng Ekos sebagai wakil. Menurutnya, langkah ini kurang tepat karena Ekos tidak cukup dikenal di kalangan pemilih.
Ekos baru muncul di Kota Padang dan bahkan di sana pun ia tidak terjaring sebagai calon wali kota yang kuat. Epyardi akan lebih diuntungkan jika memilih tokoh yang lebih dikenal dan memiliki pengaruh di Sumbar 2, seperti Ganefri, Riza Falepi, atau Guspardi Gaus.