Dia menyebutkan, Sumbar memiliki potensi besar dalam hal ini, dengan 81 persen wilayah nagari di Sumbar merupakan kawasan hutan.
Untuk itu, program pengelolaan hutan sosial dan budi daya, termasuk pengembangan madu galo-galo, menjadi salah satu fokus untuk lima tahun ke depan.
“Kami juga tengah mempersiapkan program sejuta pohon kelapa di Sumbar. Hanya dengan 50 batang kelapa, seseorang sudah bisa menyekolahkan anaknya. Ini merupakan peluang ekonomi besar, terutama di sepanjang pantai Padang,” ucapnya.
Mahyeldi menekankan pentingnya pembangunan yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat dibandingkan kapitalisme murni.
“Konsep kapital tidak selalu menjamin kesejahteraan masyarakat. Saya lebih memilih konsep pembangunan yang mengutamakan kesejahteraan,” tuturnya.
Di sisi lain, Mahyeldi juga membahas perkembangan infrastruktur, seperti jalur Lembah Anai yang sedang dalam proses penyelesaian, serta upaya pemerintah dalam menjaga transparansi melalui akses terbuka terhadap informasi provinsi Sumatera Barat melalui situs resmi pemerintah.
Sementara Vasko Ruseimy mengungkapkan, kerja sama dengan Muhammadiyah disambut baik oleh organisasi terbesar di Indonesia.
Vasko juga menegaskan pentingnya stabilitas politik untuk menarik investasi ke Sumbar.