AGAM, HARIANHALUAN.ID- Salah satu program yang akan dilaksanakan Ekos Albar jika menjadi Wakil Gubernur Sumbar ialah bekerja sama dengan Pemerintah Jerman untuk mencarikan pekerjaan bagi lulusan perguruan tinggi keperawatan.
Ia sudah melakukan kerja sama itu ketika menjadi Wakil Wali Kota Padang (2023-2024). Ekos bercerita bahwa pada Oktober 2023 ia diundang lembaga non pemerintah (NGO) dari Jerman. Ia memanfaatkan undangan itu untuk bertemu dengan duta besar dan beberapa NGO untuk membahas masalah pekerjaan.
“Saya meminta supaya Pemerintah Jerman membuka peluang pekerjaan untuk lulusan dari Sumbar. Tapi, saya garis bawahi. Pertama, saya tidak mau Sumbar mengirimkan tenaga kerja yang akan menjadi pembantu rumah tangga karena Sumbar adalah simbol orang pintar. Ini harga diri,” ujar putra kelahiran Parambahan, Lima Kaum, Tanah Datar itu, Senin (14/10).
Ekos menyampaikan cerita itu ketika menjawab curhat niniak mamak di Jorong Padang Kudo, Nagari Batagak, Kecamatan Sungai Puar, Agam, Minggu (13/10).
Saat menghadiri acara peringatan Maulid Nabi, Ekos mendengarkan curhat niniak mamak tentang sulitnya anak kemenakan mencari pekerjaan setelah tamat kuliah. Ekos juga meminta persetujuan kerja sama peluang pekerjaan itu harus dilaksanakan oleh pemerintah ke pemerintah, bukan lembaga swasta atau biro tenaga kerja.
“Kita sama tahu dan mendengar berita bahwa banyak sekali hal negatif dan tidak bertanggung jawab setelah pengiriman tenaga kerja keluar negeri,” ujarnya.
Dengan upaya lobi Ekos,akhirnya disepakati pada waktu itu dibuka peluang bagi Kota Padang untuk mengirimkan tenaga kerja, khususnya tenaga medis lulusan D-3.
“Saya bertanya: D-3 itu kalau di Jerman gajinya berapa. Di Jerman D-3 ternyata untuk tenaga medis gajinya 2.500 Euro atau lebih kurang Rp42 juta. Gaji Rp42 juta di Jerman ternyata pajaknya cukup besar, yaitu sekitar 32 persen. Jadi, lebih kurang anak-anak kita menerima gaji Rp30 juta,” tuturnya.
Gaji Rp 30 juta itu, kata Ekos, dibagi untuk biaya hidup. Di Jerman biaya hidup yang layak lebih kurang untuk satu orang Rp 15 juta perbulan. Dengan begitu, tenaga kerja dari Padang bisa menabung Rp15 juta.
“Bagi saya, ini menarik. Saya tanda tangani kerja sama, dibantu duta besar. Sampai di Padang, saya kumpulkan sekolah tinggi yang ada ilmu perawatan. Kami rapat langsung dengan konsulat Jenderal di Berlin, Jerman,” ujarnya.
Untuk melaksanakan program itu, Ekos melibatkan Kementerian Tenaga Kerja dan badan terkait yang berhubungan dengan ketenagakerjaan.
“Beliau-beliau hadir rapat, dan alhamdulilah bersepakat untuk menyosialisasikan di perguruan tinggi yang bergerak di ilmu keperawatan dalam rangka menyaring calon tenaga kerja yang akan dikirim,” ucap Ekos.
Setelah kerja sama itu, kata Ekos, ternyata program itu tidak gampang dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, banyak orang tua yang khawatir mengirimkan anaknya ke luar negeri untuk bekerja, apalagi perawat banyak yang perempuan, terlebih kontrak kerjanya tiga tahun.
Ekos berupaya untuk menyakinkan orang tua mahasiswa. Ia menekankan bahwa anak yang bekerja ke luar negeri tidak sekadar bekerja, tetapi juga bisa menambah ilmu.
“Pada waktu itu saya sampaikan kepada orang tua mahasiswa bahwa kontrak kerjanya tiga tahun. Kalau saya sebagai orang tua, memang berat melepas anak perempuan. Tapi, ada pertimbangan lain tiga tahun bekerja, sebulan anak kita bisa menabung Rp 15 juta,” katanya.
Kalau yang dikirim tenaga kerja lulusan D-3, Ekos mengatakan kepada orang tua mahasiswa untuk tidak berpikir bahwa anak pergi bekerja, tetapi pergi untuk menambah ilmu pengetahuan.
Ekos memberikan gambaran kepada orang tua mahasiswa bahwa anaknya pergi bekerja untuk menambah ilmu sehingga pulang membawa uang dan ilmu.
“Dengan begitu, anak yang awalnya D-3 bisa menjadi S-1, S-2 dan masuk kembali ke Indonesia menjadi tenaga kerja yang memiliki skill bernilai tinggi,” tuturnya.
Ketika program tersebut berjalan, jabatan Ekos sebagai Wakil Wali Kota Padang berakhir. Ia bertekad untuk membuat program serupa untuk tingkat provinsi dan melanjutkan lobi kepada Pemerintah Jerman jika ia diberi amanah untuk memimpin Sumbar dengan Epyardi Asda.
Menurutnya, program itu bisa menjadisolusi bagi sulitnya lulusan perguruan tinggi di Sumbar mencari pekerjaan.
“Kalau saya menjadi wakil gubernur, program itu yang akan saya laksanakan nomor satu,” ucapnya. (*)