Hal itu dikarenakan sensivitasnya yang tinggi, sehingga mampu memahami segala aktivitas sosial dan mendalami ketokohan dengan baik dalam karya sastranya.
Belum lagi di Padang Panjang yang juga menjadi salah satu sarangnya intelektual, di mana Navis mampu ambil bagian dalam kerja intelektualnya dalam menulis. Kondisi-kondisi seperti inilah yang semakin menguatkan Navis menjadi seorang sastrawan yang dikenal.
“Saya menekankan menulis karya sastra itu merupakan kerja intelektual. Seperti Navis, tidak tamat sekolah, tapi karyanya selalu hidup sampai sekarang. Misalnya buku Alam Takambang Jadi Guru saja, selalu menjadi buku wajib pendidikan keminangkabauan,” ujar Ivan Adila.
Menumbuhkan Daya Kritik dan Kritis AA Navis
Rasa haru tak ternilai, Gemala Ranti, yang merupakan anak kandung AA Navis, tak menyangka atas apa yang diperjuangkan oleh pemerintah daerah dan pusat untuk pengakuan AA Navis kepada UNESCO. Sebab, ia tak tahu menahu dengan hal proses itu.
“Alhamdulillah, perayaan 100 tahun AA Navis ini perayaan yang luar biasa, walaupun kami keluarga tidak tahu tentang usulan ini oleh Badan Pengembangan Bahasa Kemendikbudristek. Kami tahu ketika usulan itu di Desember lalu menang yang ternyata hari kelahiran beliau ditetapkan sebagai hari internasional oleh UNESCO,” katanya.
Selepas itulah, rentetan kegiatan tentang peringatan AA Navis dilakukan, mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional dan bahkan internasional. Kesastrawanan AA Navis diperkenalkan ke dunia karena mampu memberikan pengaruh besar dalam karya sastra.
Lebih lanjut, Kepala Dinas Kebudayaan Subar, Jefrinal Arifin, menjelaskan peringatan AA Navis ini bertujuan untuk memasyaraktakan pola pikir dan nilai-nilai yang diberikannya dalam kesusastraan, terutama di Sumbar sendiri.