Oleh: Meria Fitriwati (Guru MAN 3 Pesisir Selatan) Derasnya hujan, teriknya panas, kencangnya angin yang menyiksa, ku tahan semua asalkan bisa bertemu ibu. Kata nenek, ibu ada di kota ini. Aku yakin Allah SWT akan mempertemukan kami. Setelah kaki ini berjalan jauh, sepercik keyakinan kupegang erat bahwa cinta akan mempertemukan kami. Nenek bilang, ibu sangat mencintaiku. Hanya saja nasib yang membuat kami tidak beruntung. Ibu pergi menyusul ayah ke perantauan. Sejak saat itu aku pun tidak lagi melihat senyumnya di kala perut ini terasa lapar. Syukurlah ada nenek dengan botol berisikan air berwarna putih sebagai pengganti mu yang akhirnya kutahu bahwa itu adalah air tajin. Bahkan hingga hari ini minuman itu masih menjadi kesukaan ku walau tidak lagi meminumnya dari botol. Ibu, kini aku berada di kota ini. Ijazah tamatan SMA telah ku genggam erat. Nenek sudah tiada. Ia pergi menghadap illahi setelah memberikan senyum terindah saat ijazah ini ku miliki. Dengan tertatih ia berjuang agar aku bisa tamat SMA. "Carilah ibumu di kota. Ia akan bangga padamu." Itulah pesan nenek kepada ku. Besarnya cinta nenek ku rasakan seperti besarnya cinta mu ibu. Orang-orang sekitar bilang, kamu ada di sini di bangunan tidak layak ini. Aku telah menunggumu sehari penuh hingga malam ini dan pagi lagi. Akan tetapi, kami masih ditakdirkan untuk belum bertemu. Ibu do'akan aku mendapatkan pekerjaan, akan kubawa dan bahagiakan dirimu sekuat yang ku mampu. Kita akan bersama lalui hidup dengan penuh cinta. Aku mencintaimu Ibu. Sengaja surat ini kuselipkan di pintu masuk ini, agar saat dia membuka pintu dan membacanya mohon tunggu aku kembali ke sini. Kita tidak akan terpisahkan lagi. Aku anak mu rindu bersua, bersama, dan berbagi cerita. Ibu, dalam surat ini kusertakan foto waktu aku baru saja engkau lahirkan. Di sini juga ada foto nenek bersama ku saat bangganya memiliki cucu yang bisa menggenggam ijazah SMA. Wasiat beliau untuk mencarimu akan kulakukan karena besarnya cintaku kepada nenek sama halnya besarnya cintaku kepadamu, Ibu. (*)
PROFIL PENULIS: Meria Fitriwati lahir di Kamang Mudik, Kabupaten Agam 01 Juli 1983. Dia menamatkan Sekolah Dasar di SDN 45 Halalang Kec. Tilatang Kamang. Melanjutkan ke SLTPN 4 Tilatang Kamang di Kamang Mudik. Kemudian melanjutkan ke SMUN 1 Tilatang Kamang Kabupaten Agam.
Dia merupakan lulusan S1 FBSS pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Padang (UNP). Penulis juga merupakan guru di MAN 3 Pesisir Selatan.
Dia merupakan istri dari Asroninaldi dan ibu bagi 4 anak gadisnya yang dikenal dengan 4M (Marsya, Malika, Mahira, dan Mahdia).
Karya yang telah diterbitkan 7 buku solo yang berjudul: Kandas, Perjalanan Diana 1, Perjalanan Diana 2, Sesal, Marsya Anak salihah, Kasih Tak Sampai, Air Mata Jamilah, dan 70 buku antologi. Dia juga dikenal sebagai founder Komunitas Menulis Bersama (KMB).
Penulis bisa dihubungi melalui email: [email protected], FB Meria Fitriwati, Ig meriafitriwati dan WA 081267616750. (*)