Sementara itu, Ketua Tim Kerja WBTb Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah III Sumbar, Hasanadi juga mengungkapkan hadirnya Alek Mandeh yang ketiga kalinya ini sebagai sebuah upaya untuk mengingatkan dan memberikan pengetahuan matrilineal Minangkabau.
“Perkampungan Adat Sijunjung menjadi ranah yang tepat untuk menunjukkan budaya matrilineal saat ini. Dengan berbagai kegiatannya, kita ingin menunjukkan nilai-nilai itu ada dan menjadi penguatan identitas kebudayaan di Sijunjung, dan bagi Sumatera Barat sendiri ke depannya,” katanya.
Lebih lanjut Kurator Alek Mandeh 2024, Dede Pramayoza juga menjelaskan kehadiran Alek Mandeh 2024 ini berangkat dari keinginan Pemkab Sijunjung yang kemudian didorong bersama melalui kolaborasi berbagai instansi dari Pemkab Sijunjung, BPK Wilayah III Sumbar, dan dari Kementerian Kebudayaan.
“Kita ingin meinterpretasikan budaya matrilineal itu melalui Perkampungan Adat Sijunjung. Sebagaimana yang disebutkan bahwa salah satu yang menghidupkan matrilineal itu adalah semangat masyarakatnya yang mana tradisi batobo kongsi-nya itu melihatkan semangat dan gorong royong dalam membangun. Sehingga inilah pijakan kita untuk menggelar Alek Mandeh ini,” ujarnya. (*)