“Gamelan ini sudah memasuki generasi keenam. Ini menunjukkan bahwa tradisi kami benar-benar diwariskan dari masa ke masa,” jelas Turiman.
Sanggar ini pernah meraih penghargaan pada ajang Pentas Seni Budaya Kompetensi Wali Nagari tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2014. Prestasi tersebut membawa kebanggaan tersendiri, bahkan menghasilkan hadiah umrohbagi wali nagari saat itu.
Saat ini, Sanggar Kuda Lumping Sari Utomo telah diakui oleh pemerintah
daerah. Mereka menjadi bagian dari sekitar 80 sanggar seni di Solok Selatan, dengan 50% di antaranya aktif. Selain tampil dalam acara resmi, mereka juga melayani undangan masyarakat dengan tarif terjangkau, yaitu Rp3 juta per penampilan.
Kesenian kuda lumping tidak hanya menjadi hiburan semata tetapi juga memiliki nilai budaya yang dalam. Tarian ini menggambarkan semangat heroisme dan aspek kemiliteran pasukan berkuda.
Gerakan yang ritmis dan dinamis menjadi ciri khas tarian ini. Selain itu, atraksi supranatural seperti kekebalan tubuh kerap menjadi bagian dari pertunjukan.
Properti utama yang digunakan adalah kuda tiruan berbahan anyaman bambu yang dihiasi dengan rambut tiruan. Turiman berharap generasi muda terus melestarikan tradisi ini.
“Jangan sampai budaya kita hilang ditelan zaman. Mari kita rawat dan kenalkan kepada dunia,” pesannya.