Kuda Lumping Sari Utomo, Pelestari Kesenian Jawa di Bumi Solok Selatan

SOLOK SELATAN, HARIANHALUAN.ID- Sanggar Kesenian Kuda Lumping Sari Utomo menjadi salah satu komunitas seni budaya yang aktif melestarikan kesenian tradisional di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat.

Keberadaannya memberikan warna tersendiri dalam setiap perhelatan budaya, sekaligus mendukung program pemerintah dalam melestarikan seni tradisional.

Berlokasi di Jorong Sungai Duo, Nagari Luak Kapau Alam Pauh Duo, Kecamatan Pauh Duo, sanggar ini kerap tampil di berbagai acara resmi pemerintah maupun undangan masyarakat.

Salah satu penampilan spesial mereka adalah dalam rangka memeriahkan HUT Kabupaten Solok Selatan ke-21, yang digelar di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Padang Aro, Jumat malam (3/1/2025) pukul 23.00 WIB.

Pembina sanggar, Turiman, yang telah memimpin komunitas ini selama 12 tahun, menyampaikan antusiasmenya. “Kami akan tampil malam ini untuk memeriahkan HUT Kabupaten Solok Selatan yang ke-21. Semoga penampilan kami menghibur masyarakat,” ujarnya melalui sambungan telepon, Jumat (3/1).

Sanggar Kuda Lumping Sari Utomo memiliki struktur organisasi yang terorganisasi dengan baik. Abu Hanifah menjabat sebagai Ketua, didukung oleh Wakil Ketua Darsono, Sekretaris Sajudin, dan Bendahara Adi Mardiyanto.

Sanggar ini terdiri dari sekitar 20 anggota yang rutin berlatih dan tampil. Menariknya, alat musik gamelan yang digunakan oleh sanggar ini sudah berusia beberapa generasi, sebagian besar terbuat dari perunggu.

“Gamelan ini sudah memasuki generasi keenam. Ini menunjukkan bahwa tradisi kami benar-benar diwariskan dari masa ke masa,” jelas Turiman.

Sanggar ini pernah meraih penghargaan pada ajang Pentas Seni Budaya Kompetensi Wali Nagari tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2014. Prestasi tersebut membawa kebanggaan tersendiri, bahkan menghasilkan hadiah umrohbagi wali nagari saat itu.

Saat ini, Sanggar Kuda Lumping Sari Utomo telah diakui oleh pemerintah
daerah. Mereka menjadi bagian dari sekitar 80 sanggar seni di Solok Selatan, dengan 50% di antaranya aktif. Selain tampil dalam acara resmi, mereka juga melayani undangan masyarakat dengan tarif terjangkau, yaitu Rp3 juta per penampilan.

Kesenian kuda lumping tidak hanya menjadi hiburan semata tetapi juga memiliki nilai budaya yang dalam. Tarian ini menggambarkan semangat heroisme dan aspek kemiliteran pasukan berkuda.

Gerakan yang ritmis dan dinamis menjadi ciri khas tarian ini. Selain itu, atraksi supranatural seperti kekebalan tubuh kerap menjadi bagian dari pertunjukan.

Properti utama yang digunakan adalah kuda tiruan berbahan anyaman bambu yang dihiasi dengan rambut tiruan. Turiman berharap generasi muda terus melestarikan tradisi ini.

“Jangan sampai budaya kita hilang ditelan zaman. Mari kita rawat dan kenalkan kepada dunia,” pesannya.

Kuda lumping, atau jaran kepang, adalah seni tari tradisional Jawa yang kini telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Sumatera, Kalimantan, hingga mancanegara seperti Malaysia, Suriname, dan Amerika Serikat.

Tarian ini menjadi simbol warisan budaya yang mempererat persatuan lintas budaya. Melalui Sanggar Kuda Lumping Sari Utomo, kesenian ini terus hidup di Bumi Solok Selatan, menjadi bukti nyata bahwa tradisi adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. (*)

Exit mobile version