Pertunjukan “Robohnya Surau Kami” garapan Hermana HMT – adaptasi cerpen “Robohnya Surau Kami” karya AA Navis – yang dimainkan Komunitas Seni Gaung Ganto ini tetap memakai konsep sama yang lepas dari realisnya Hermana HMT.
Pertunjukan ini membawa penonton ikut serta ke dalam panggungnya. Cara ini sedikit menarik. Kisah lalu harus mampu dikisahkan dengan renyah. “Robohnya Surau Kami” pada pertunjukan ini menunjukkan masalah, bukan nostalgia.
Tentang “Robohnya Surau Kami” ini benang merahnya orang sudah tahu dan mengerti. Begitu pun dalam tranformasinya ke panggung pertunjukan. Kehadiran gadis yang menyela di awal pertunjukan itu ingin memberi magnet kepada penonton, agar cerita yang telah pasai didiskusikan di kalangan sastra ini, tetap layak dibicarakan kembali.
Melalui tindak dan tutur lakon, relevansi dari cerita itu dengan masa kini tetap ada. Dan “Robohnya Surau Kami” oleh Gaung Ganto ini hadir untuk menjemput kembali persoalan masa lalu, yang dibawanya ke masa kini kepada penonton yang hadir melalui gaya surealisnya.
Lalu, gadis si penyela itu kembali berkata. Ia mengisyaratkan panggung yang dianggapnya dongeng, bisa saja ada benarnya pula. Inilah yang dirasa relevansi yang menguatkan bahwa pertunjukan ini benar-benar mengajak penonton terlibat ke dalam panggung cerita.
Setelahnya, salah seorang perempuan dengan lesungnya, bertutur dengan sedihnya. Menyambung kembali cerita – setelah disela si gadis penyela. Tapi sedihnya hanya patah di jalan. Nuansa sedih diputus lagi si gadis penyela, dan meminta cerita dipanggungkan dengan dialog-dialog yang dipenuhi kebahagiaan.
Dalam tanda kutip, ‘dialog-dialog yang dipenuhi kebahagiaan’ yang dimintai si gadis penyela seperti menurut tuturnya, cerita lama tak harus disampaikan dengan cara lama. Harus ada cara baru, untuk menceritakan kabar lama ini.
Hubungan inilah yang dikuatkan lagi si gadis penyela, bahwa puncak masalah dari “Robohnya Surau Kami”, tetap layak dibicarakan. Mungkin saja, Gaung Ganto menegaskan masalah itu tetap terjadi.
Ajo Sidi, O Ajo Sidi. Pekerjaannya sindir menyindir. Menjerat hati setiap orang. Jadi sumber ejekannya.