PADANG PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID — Pekan Nan Tumpah 2025, gelaran puncaknya tinggal menghitung waktu. Seni tradisi, kreasi dan kontemporer bakal berpanggung lagi, ruang apresiasi seni yang agaknya sampai kini masih jauh panggang dari api. Fabriek Padang jadi ruang yang menampung segala kesiapan dan perhelatannya pada 24-30 Agusutus nanti.
Pekan Nan Tumpah 2025 seperti bunga yang sedang mekar-mekarnya. Konsistensinya menggelar Pekan Nan Tumpah sejak 2010 lalu, akhirnya Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dari pendanaan Dana Indonesiana-LPDP mengapresiasinya melalui program strategis.
Direktur Pekan Nan Tumpah, Mahatma Muhammad, mengatakan gelaran yang disokong penuh ini memang menjadikan pelaksanaannya cukup menggemberikan. Ruang-ruang lain yang sempat terjerat sebelumnya, kini seakan melonggar dan lepas.
“Maksudnya hal-hal dulunya yang di luar batas kita, akhirnya kini bisa membuka ruang yang lebih besar lagi untuk pelaksanaannya. Dan kita pun dapat merancang segala respons yang ada tentang berlikunya jalan kesenian di Sumbar ini,” ujarnya kepada Haluan, Jumat (1/8/2025).
“Seni Murni, Seni Terapan, Seni Terserah: Kalau Kamu Paham Semua Ini, Mungkin Kamu Salah Paham” jadi induk tema yang diketengahkan Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) selaku kaki-tangan yang menjalankan Pekan Nan Tumpah 2025 ini. Mahatma bagurau, ini bukan trilogi dan bukan pula konsep besar dan tesis.
“Ini batuk panjang dan suara serak dari mulut seni yang bosan diklasifikasi. Siapa pun yang melihat praktik seni hari ini mungkin tahu kalau disipilin seni sudah berantakan. Panggung seni yang tampak seperti bukan lagi seni pertunjukan, tapi namanya sudah pertunjukan seni karena perkembangannya hari ini,” ujarnya.
Karena Pekan Nan Tumpah 2025 inilah, jelas Mahatma, KSNT justru mengajak pengunjung atau yang akan menikmatinya nanti untuk menilik kembali kompleksitas seni hari ini yang tak bisa lagi dibingkai dengan dikotomi lama. Kehadiran ruang yang semakin besar, tentu harapannya besar pula.
Mahatma menyatakan Pekan Nan Tumpah hanyalah sebatas label formalitas. Inti sari dari semua pelaksanaan ini adalah sebuah persinggahan dari perjalanan-perjalanan seni di Sumatera Barat yang masih simpang siur. “Di persinggahan ini kita mencari dan memastikan jalan dari cerita-cerita seni yang telah menempuh jalannya, baik yang tak tahu arah atau sedang sulit-sulitnya menuju arah yang ada,” harap Mahatma Muhammad.
Tentang Nan Tumpah dan Festivalnya
Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) berdiri pada 2010, setahun sebelumnya telah merangkak. Komunitas ini bergerak dalam pengelolaan aktivitas penciptaan karya seni dan tata kelola seni. KSNT seperti ayam bertali dua, ia yang membuat gagasan dan ia pula yang menjalankan. Berbagai kegiatan dilaksanakannya secara berkelanjutan.