Aku pun kembali diajaknya tenggelam dalam keterlenaan kenikmatan ibadah intim suami istri yang dihalalkan-Nya.
***
“Yuni, bangun, kamu tidak ke sekolah hari ini?” Ibu membangunkan saat azan Subuh berkumandang. Aku yang sedang cuti kodrat perempuan, hanya menjawab “Tidak, Bu, aku kurang enak badan,” selimutku tarik kembali.
Ibu mengusap keningku dan berkata, “Yuni, badanmu demam. Kamu istirahat saja, kubuatkan teh hangat untukmu,” ujar Ibu dengan penuh kasih sayang seraya menatapku dengan penuh cinta kasih seorang Ibu, cintanya yang sepanjang jalan tak terhingga sepanjang masa, bagaikan surya menyinari dunia. Cinta kasihnya itulah yang membuatku sampai kini selalu bersemangat menjalani hidup meski berbagai onak dan duri kulalui mewujudkan mimpi.
Setelah itu, Ibu mengambilkan minum dan obat untukku. “Minumlah dulu obat ini, Yun, setelah itu kamu istirahat lagi, tenangkan pikiranmu, selalu beristighfar, Nak, agar Allah Swt memudahkan semuanya,” ucap Ibuku sambil mengusap kepalaku dengan lembut.
Yuni pun meminum obat tersebut.”Terimah kasih, Bu,” sahutku sambil tersenyum kasih tiada terbilang padanya.“Sekarang, istirahatlah biar tubuhmu membaik,” ujar Ibu lagi. Aku menggangguk menarik selimut memejamkan mata kembali.
Pergolakan batin antara pilihan karir beberapa hari ini sedang mengusik alam bawah sadarku. Ditambah lagi masalah asmara rumah tanggaku yang entah akan berlabuh di dermaga mana.