Berikut 5 puisi pilihan karya Pulo Lasman Simanjuntak
SENJA BERPUISI HATIKU SEPERTI JADI BESI
berabad-abab ribuan puisi sudah kukirim lewat berita pandemi
menebar tujuh antologi
ke dalam cawan sakit hati
usai basuh kaki
menelan roti tubuh perjamuan
mengunyah anggur kematian
dan membayangkan berulangkali para pensyair
bersiap terbang tinggi
mendaki bukit-bukit bakal mengalirkan mata air kehidupan
berbudaya kesakitan
jiwa keabadian
"sejenak aku harus jadi baal peor, menabrak matahari perhentian suci meskipun tak sempat baca puisi," kataku sambil merayap-rayap di gedung kesenian rakyat
inilah keterasingan diri
inilah cuaca lupa diri
lantaran ingin bertemu
bintang kartika dan bintang belantika
sementara di panggung pentas sederhana
ada kucatat ;
tarian meratap bersama lukisan-lukisan gelap
ditebar bau kemenyan dan asap pekat
pemusik punk rock ayunkan sabit memabukkan
penyair pun masih rajin
menabuh tembang-tembang senjahari
berbaris-baris menuju selasar kehangatan batin
Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 17 September 2022
LUMPUR DALAM SAJAK
perlahan sajakku turun
tanpa tali temali panjang
sampai menyentuh mata air bor
di dasar permukaan dunia orang mati
bumi yang terus digenangi air hujan deras sorehari
nyaris hancurkan akar-akar
tanah beracun tumbuhan liar
kesialan pun kembali datang
dua sosok manusia akhir zaman
tak kenal pengampunan
mereka tetap menggali kuburan orang tuli
diantara lempengan ujung bumi
aku ikut menari kesedihan
mengapa cawan lebur ini
rajin datang saat buah roh mau matang di pematang khotbah minggu mendatang
melalui pipa-pipa paralon yang makin sunyi
sajakku terus tembus
ke bawah planet asing
orang-orang kelaparan
mengangkat kedua tangan
agar Tuhan mau turun tangan
Jakarta, 3 Oktober 2012
PERCAKAPAN TELEPON DUNGU
sianghari tadi aku terus mencari-
saudara kembarku bersolek
diantara timbunan beras
di hamparan areal perkebunan tebu
disebar juga bau tembakau
kemelaratan bertalu-talu
nyanyian dari rumah perzinahan
sekeras persaudaraan persungutan
saat ini sedang terjebak
dalam sekumpulan orang-orang yang terpuruk
dendam pada secarik kertas
tanpa warna biru, merah, dan pelangi
duh,
aku kembali tertipu
Jakarta, Oktober 2022
SEDEKAH LIAR
i//
berlari-lari mimpiku sejak subuhhari
mencari bayangan kelam
diri sendiri
sudah empat benda purbakala kesayangan ibunda
terjual dengan harga murah
menembus sampai ke mata air tanah lumpur
belakang rumah
seperti upacara perjamuan
pembasuhan air hujan
deras membeku
dingin menjadi luka
terus menerus menetes darah masa lalu
ii/
dalam imajinasi yang amat kuat
seorang perempuan gemuk berjalan pincang membawa seribu penyakit
tanpa tangisan
mau mencegah khotbah
teramat panjang
ia hanya butuh makan roti dan minum anggur
sambil kami berdoa di pinggir jalan
iii/
sehingga selesailah tugas pelayanan
berhari-hari mengejar mata uang
menggelar kesunyian memabukkan
Jakarta, Senin 26 September 2022
MUSIBAH PERSUNGUTAN PANJANG
jangan engkau berharap kesembuhan masa mendatang
sebab bumi makin gelap gulita
cuaca tak mampu lagi membaca
apa saja yang tergenang dihadapan kita
"tunggu saja hasil lab uji darah dan batuk dahakmu,
nanti kami akan kirim makanan dan vitamin bergizi," pesan penjaga berkerudung biru di kemah pesakitan tanpa swabtest kematian
lima belas tahun vegetarian
sudah mampu membuat dirimu menjelma jadi perempuan yang rajin membangun mezbah karang tegar
sekurus itukah nyanyian pujian dan doa yang engkau layangkan pagi, siang, dan malam
entahlah
Jakarta, Senin 26 September 2022