LIMAPULUH KOTA, HARIANHALUAN.ID– Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah III Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) kembali menghelat sebuah kegiatan bertajuk festival warga. Kali ini BPK Wilayah III mengulik dua unsur dalam kesatuan, yaitu “Mandeh Sako” dan “Rumah Gadang”.
“Mandeh Sako” dan “Rumah Gadang” ini dikemas menjadi festival Limpapeh yang bertajuk Festival Matrilineal Kampung Adat Saribu Gonjong dengan tema “Mandeh Sako di Rumah Gadang”. Dua unsur (mandeh sako dan rumah gadang) menjadi titik pijak untuk menyelami peranan keduanya yang sering dirujuk pada istilah “limpapeh”.
Festival basis warga ini dikuratori oleh Afrizal Harun (Dosen ISI Padangpanjang dan Manajer Program Komunitas Seni Hitam-Putih) dan Oscar Oswandi (Praktisi Media dan Pegiat Budaya Lima Puluh Kota). Kepada BPK Wilayah III mereka menawarkan festival warga sebagai dasar penggerak kegiatan.
Meski pengusungannya (festival warga) relatif tidak baru di Sumbar, tapi pentingnya konsep ini dihadirkan sebagai pintu gerbang untuk memetakan potensi Kampung Adat Saribu Gonjong yang berada di Jorong Sungai Dadok, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota tersebut.
“Secara garis besar potensi di lokus Limpapeh: Festival Matrilineal Kampung Adat Saribu Gonjong ini adalah eksplorasi akan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang dapat kita lihat dari seluruh aspek kebudayaan yang membentuknya. Lalu hal penting lainnya dari potensi ekonomi, sosial dan bahkan sumber daya manusia (SDM),” ujar Kurator Limpapeh, Afrizal Harun kepada Haluan, Sabtu (24/8/2024).
Berangkat pada konsep “dari warga, oleh warga dan untuk warga” itu, BPK Wilayah III Sumbar bersama kurator melibatkan langsung warga jorong, nagari, kerapatan adat nagari (KAN) setempat, kecamatan hingga kabupaten untuk kemudian menjadi muatan materi dan konsep kegiatan Limpapeh: Festival Matrilineal Kampung Adat Saribu Gonjong yang bertemakan “Mandeh Sako di Rumah Gadang”.
Afrizal Harun menjelaskan, “limpapeh” yang dimaksudkan pada kegiatan ini adalah penganalogian penekanan terhadap “tonggak tuo” (tiang tua) yang menjadi penentu utama dalam tumpuan beban berat sebuah rumah gadang agar berdiri tegak dan kokoh.