AGAM, HARIANHALUAN.ID – Tim Safari Ramadan (TSR), Nagari Gadut, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam menyerahkan bantuan semen kepada pengurus Musala Nurul Falah, di Jorong III Kampuang Nagari Gadut Kecamatan Tilatang Kamang, Kamis (6/3/2025).
Bantuan semen sebanyak 25 sak senilai Rp2 juta tersebut akan digunakan panitia pembangunan untuk kelanjutan pembuatan tempat berwudu.
Ketua TSR Nagari Gadut dalam kunjungan ke Musala Nurul Falah , uwardi mengatakan, pada safari Ramadan kali ini pemerintahan Nagari Gadut menyerahkan bantuan berupa semen sebanyak 25 sak.
“Pada kesempatan kali ini, kita menyerahkan bantuan semen sebanyak 25 sak untuk pembangunan tempat berwudu,” kata Suwardi yang disaksikan seluruh jemaah sebelum salat tarawih dilaksanakan.
Pada kesempatan tersebut, ia mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Serta selalu waspada terhadap kasus pencurian.
“Pada saat kita melaksanakan salat tarawih di masjid atau musala jangan lupa mengunci rumah. Kemaren, salah seorang rumah warga kita dimasuki pencuri. Saat kejadian penghuni rumah sedang melaksanakan salat tarawih di masjid,” jelasnya.
Selain itu, ia juga menyampaikan perkembangan nagari persiapan Gadut Timur. Menurutnya, persyaratan untuk menuju nagari difinitif telah dipenuhi.
“Semua syarat menuju nagari difinitif telah siap. Kita hanya menunggu tindak lanjut dari pemerintah pusat. Untuk itu, mari kita sama sama berdoa agar nagari persiapan menjadi nagari difinitif cepat terlaksana,” ulasnya.
Sementara itu, Ketua Musala Nurul Falah, M. Zen St. Saidi mengucapkan terima kasih kepada rombongan Tim Safari Ramadan Nagari Gadut yang telah berkunjung ke Musala Nurul Falah.
“Terima kasih kita ucapkan kepada Wali Nagari Gadut yang telah menyerahkan bantuan semen sebanyak 25 sak untuk kelanjutan pembangunan tempat berwudu,” katanya.
Tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih kepada perantau asal Jorong III Kampuang di Jakarta, Malaysia dan Pekanbaru yang telah mengirimkan infak untuk pembangunan tempat berwudu.
“Alhamdulillah, tempat berwudu yang kita buat ini dua unit, satu untuk wanita dan satu lagi untuk laki laki. Hingga saat ini, satu unit telah hampir siap dan tinggal satu unit lagi,” kata M. Zen.
Dijelaskannya, Musala Nurul Falah mempunyai sejarah yang panjang. Musala itu berdiri sejak tahun 1908 lalu. Dulunya, musala itu lebih dikenal dengan sebutan Surau Baweh. Sebab, di sekeliling musala itu dipenuhi pohon peraweh (jambu biji).
Pada zaman dulunya, musala itu sering di singgahi oleh musafir dari Kamang yang akan menuju Kota Bukittinggi. Sebab, transportasi zaman dulu adalah pedati dan bendi. Sehingga dibutuhkan waktu satu malam dari Kamang hingga sampai ke Kota Bukittinggi.
“Zaman dulunya, musala ini tempat mampir musafir melaksanakan salat sebelum sampai di Bukittinggi. Umur musala ini telah 115 tahun dan telah tiga kali direnovasi. Terakhir direnovasi tahun 2002 yang diinisiasi oleh H. AS. Dt. Bagindo perantau asal Balai Panjang di Jakarta bersama sama dengan warga setempat,” ungkapnya.(*)