“Artinya terbukti terjadi peningkatan produktivitas panen sebesar 23,34 persen,” ungkapnya.
Menurut Armelia, SPM hadir untuk mendorong kemandirian pangan masyarakat sekaligus menjaga stabilitas produksi beras daerah.
“Alhamdulillah, meski di tengah musim kemarau berkepanjangan, hasilnya cukup menggembirakan karena produktivitas petani meningkat tajam,” katanya.
Selain berdampak pada peningkatan produksi, SPM juga dinilai mampu mengurangi biaya operasional petani, mempercepat masa tanam, serta meningkatkan kualitas hasil panen.
Armelia menjelaskan, metode SPM memiliki langkah kerja yang lebih efisien dibandingkan metode konvensional.
“Jika pada sistem konvensional tanah sawah terlebih dahulu dibajak, maka pada SPM dilakukan dengan teknik yang lebih sederhana. Umur pindah tanam dari persemaian hanya 14 hari dengan jumlah 1–3 batang per lubang tanam. Sementara itu, metode konvensional biasanya baru dipindahkan setelah berumur lebih dari 20 hari dengan jumlah 5–8 batang per lubang,”katanya.
Keunggulan lain SPM terlihat pada masa awal tanam. Hama keong mas yang biasanya meresahkan petani dapat teratasi karena hanya berkumpul di parit tanpa mampu memakan tanaman padi. Dengan demikian, anakan padi tumbuh lebih optimal.