Beralih Dari Tenaga Kerbau  ke Listrik, Petani Gula Tebu di Lawang Hemat Hingga Rp280 Ribu Perminggu

Kasi Kesejahteraan Nagari Lawang, Desriyanto (Baju Hitam) mendampingi Petani Tebu di Jorong Ketaping Nagari Matur, Syafri Jamal di tempat produksi gula tebu miliknya. YESI

AGAM, HARIANHALUAN.ID – Petani gula tebu di Jorong Katapiang Nagari Lawang Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Syafri Jamal merasakan efisiensi dan peningkatan produktifitas sejak beralih dari tenaga kerbau dan diesel ke tenaga listrik.

“Kita memproduksi gula dari tebu sejak 2009 dari yang awalnya menggunakan tenaga kerbau, kemudian diesel hingga sejak Agustus 2021 kita sudah beralih menggunakan tenaga listrik,” ujarnya saat ditemui Haluan di lokasi produksi tebu, Rabu (15/3).

Syafri menyebut, sebelum menggunakan dinamo dengan tenaga listrik, per minggu biaya produksi mencapai Rp380 ribu. Sejak beralih ke listrik menjadi Rp100 ribu perminggu.

“Artinya kita lebih efisien. Dengan hasil produksi yang sama sekitar 300 kg gula tebu, kita bisa mengehmat Rp280 ribu perminggu,” tuturnya.

Hal ini juga mendapat dukungan dari Pemerintah Nagari Lawang Kecamatan Matur.

Kasi Kesejahteraan Nagari Lawang, Desriyanto  mengatakan pihaknya sangat mendukung pengalihan dari kerbau dan diesel ke listrik.

Ia mendorong petani lain untuk juga beralih ke energi terbarukan ini.

“Kita sangat mendukung program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Electrifying Agriculture PLN di Nagari kami. Kalau dulu waktu penggilingan tebu petani tidak bisa bercerita karena bising, sekarang dengan tenaga listrik semuanya bebas dari bising, efisien dan produktifitas meningkat,” ucapnya.

Sebagai Nagari pengahsil Tebu terbesar di Sumbar, Desriyanto mendorong petani lain untuk mengikuti langkah serupa.

“Perbulan sati mesin bisa menghasilkan 4 hingga 5 ton tebu. Selain efisiensi, biaya produksi berkuranv dan produksi petani meningkat. Tentu berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat kita juga,” ucapnya. 

Ia menambahkan gula tebu dari Lawang ini ada juga dibawa ke luar provinsi Sumbar seperti palembang, Jambi juga kota-kota lain.

“Biasanya gula untuk pembuatan kecap, cendol dan bahan masakan lainnya,” kata dia.

Dengan teknologi terbarukan ini pula, banyak masyarakat yang kembali memanfaatkan lahan tidurnya untuk kembali menanam tebu.

Sementara itu, Manager Komunikasi dan TJSL PLN Unit Induk Distribusi Sumbar, Yenti Elfina mengajak petani tebu di Matur dengan potensi 140 pengilang untuk bisa bersinergi.

“Tentu PLN tidak bisa mengakomodir semua, namun kita gambarkan dengan memanfaatkan teknologi ini masyarakat bisa menekan biaya produksi dan mendapatkan penghasilan yang menjanjikan. Dengan hitung-hitungan bisnis akan segera balik modal dalam waktu yang tidak lama,” ujarnya. 

Ia berharap pemerintah beserta petani dan BUMN lainnya bisa juga bergiat dan berinovasi untuk pendanaan. 

“Dalam mengilang 6 ton tebu mereka bisa saving ingga 60 persen,” ucapnya.(yes)

Exit mobile version