AGAM, HARIANHALUAN.ID – Perwakilan Perantau Canduang Jakarta meminta pengurus Yayasan Syech Sulaiman Arrasuli harus mundur dari kepengurusan Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang. Sebagai bentuk tanggung jawab atas pelecehan asusila yang dilakukan dua orang oknum guru terhadap 43 santri dilingkungan MTI Canduang.
“Kami minta reformasi kepengurusan Yayasan Syech Sulaiman Arrasuli. Artinya ketua yayasan harus mundur. Kami mencintai dan menyayangi MTI Canduang dan kami tidak setuju atas perlakuan asusila oleh oknum guru terhadap santri di MTI Canduang,” kata Perwakilan Perantau Canduang Jakarta, Edwar ketika mengelar aksi di depan Pondok Pesantren MTI Canduang, Senin (5/8).
Menurut Edwar, Ketua Yayasan Syech Sulaiman Arrasuli tidak gentleman, sebelumnya ia telah mengundang masyarakat untuk melakukan pertemuan atas kasus yang menimpa MTI Canduang. Namun ketua yayasan pula yang tidak hadir tanpa alasan yang tidak jelas.
“Ketua yayasan yang mengundang niniak mamak dan tokoh masyarakat Canduang tapi ketua yayasan pula yang tidak hadir. Dia hanya mengutus kepala sekolah untuk hadir. Kita tahu kasus di MTI Canduang itu sangat banyak. Kasus asusila itu adalah puncak dari kasus kasus sebelumnya,” ujar Edwar.
Sementara itu, Perwakilan Masyarakat Nagari Candung Koto Laweh, Budi Anda Rajo Bandaro dalam orasinya membacakan pernyataan sikap dari anak nagari Canduang Koto Laweh atas peristiwa asusila terhadap santri di dalam MTI Canduang.
Memboikot sementara Yayasan Syech Sulaiman Arrasuli dan menyatakan sikap mosi tidak percaya terhadap Yayasan Syech Sulaiman Arrasuli sampai dengan adanya penyelesaian kasus asusila secara komprehensif terbuka dan profesional antara pihak yayasan dengan masyarakat nagari Canduang Koto Laweh demi keberlangsungan MTI Canduang ke depan.
“Mohon kita sadari bahwa arti kata boikot adalah, kita tidak menyegel sekolah maupun menggembok sekolah sebab tugas menyegel dan mengembok sekolah adalah tugas pihak berwenang bukan tugas masyarakat,” kata Budi Anda.