Suasana orientasi peningkatakan kapasitas pendampingan ibu hamil dan ibu pascapersalinan tentang stunting yang diikuti TPK Kota Bukittinggi. YESI
HARIANHALUAN. ID – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumbar melakukan orientasi peningkatan kapasitas pendampingan ibu hamil dan ibu pascapersalinan tentang stunting pada Tim Pendamping Keluarga (TPK) Kota Bukittinggi, Jumat (22/9/23).
Ketua Tim Kerja Kesehatan Reproduksi Perwakilan BKKBN Sumbar, dr.Yessi Kartalina, MKes mengatakan pertemuan tersebut dalam memastikan semua stakeholder terutama TPK memahami tentang stunting baik pencegahan, dampak dan intervensi yang dilakukan.
“Sehingga diharapkan tidak ada lagi, ibu bersalin dan pascapersalinan yang anaknya stunting. Karena ibu sebelum melahirkan didampingi TPK, termasuk pasca persalinan juga dipantau TPK, maka tak ada lagi anak yang terpapar stunting,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, dr. Yessi juga menguji dan meluruskan pemahaman TPK Bukittinggi terkait stunting. Tujuannya agar masing-masing kader memahami tupoksi kerjanya masing-masing di lapangan.
“Tujuan bidan sebagai TPK yang diambil dari masyarakat setempat karena lebih tau lingkungannya dan permasalahanya,” ujarnya.
Ia menambahkan pendampingan oleh bidan dimulai dari skrinning 3 bulan pranikah kepada calon pengantin (catin), ibu hamil, ibu pascasalin dan baduta.
Pada kesempatan itu, Kepala Dinas P3APPKB Bukittinggi, Nauli Handayani, SKM, M.Si menargetkan angka stunting di Bukittinggi tahun 2023 pada angka 10,8 persen.
“Angka stunting kita tahun 2022 di angka 16,8 persen turun 2,2 poin dari tahun sebelumnya 19,0 persen,” ucapnya.
Ia optimis tahun depan bisa di bawah target nasional 14 persen.
“Analisa kondisi wilayah kita, dari 3 kecamatan 24 kelurahan, 66 tim se Kota Bukittinggi. 1 kelurahan ada 2 sampai 4 tim. Kita lebih optimis tahun 2024 bisa dibawah target nasional,” ucapnya.
Ia berharap BKKBN Sumbar terus memberikan dukungan berupa pelatihan, csr, moril maupun materil.
Ketua IBI Kota Bukittinggi, Siti Khadijah, S. SiT, M. Biomed yang menjadi narasumber pada kegiatan itu memesankan dalam pendampingan ibu hamil dan ibu pascapersalinan serta penurunan resiko stunting harus dilakukan bidan secara humanis dan profesional.
Ia juga menjelaskan beberapa penyebab stunting.
Pertama, kurang gizi anak rendahnya akses anak dalam janin terhadap makanan bergizi. Kedua, kondisi ibu dan pola asuh. Terutama selama memberikan makanan kepada anak yang tidak disiplin.
Ketiga, faktor lain seperti infeksi pada ibu, kehamilan pada usia remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak pendek, hingga hipertensi. Selain itu rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.
Keempat, kondisi ekonomi. Karena keluarga yang mengalami keterbatasan dalam membeli makanan yang bergizi.
Beberapa dampak akan dialami anak yang mengalami stunting.
“Seperti, memiliki fokus dan memori buruk, pubertas lambat, kemudian saat menginjak usia 8-10 tahun anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata, BB lebih ringan dari anak seusianya,” kata dia.
Selain itu anak juga rentan penyakit infeksi seperti diare, infeksi salurqn pernafasan atas, cacingan, dan penyakit lain, terganggu pertumbuhan dan perkembangan, imunitas tubuh mengalami penurunan, rentan penyakit infeksi, terganggunya kecerdasan dan perkembangan anak (IQ menurun).
Intervensi penanggulangan stunting dapat dilakukan melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif. (yes)