Yahya menambahkan, karena tidak ada kursi tamu untuk PWI, ia menghubungi Reno dan Beny selaku pihak penanggungjawab atau panita kegiatan. Kemudian panitia kegiatan, Reno dan Benny menghubungi anggota protokoler dan meminta untuk membantu menyiapkan kursi tamu bertuliskan PWI. Kemudian pihak protokoler mengambil kertas berlogo Pemda lalu menulis PWI dengan tulisan tangan (PENA).
“Ini pertanda bahwa Pemkab Dharmasraya memang tidak menyiapkan kursi undangan untuk PWI seperti undangan lainnya. Karena tidak ada kursi tamu untuk PWI, selaku Plt Ketua PWI saya putar balik meninggalkan lokasi upacara. Jelas saya sangat malu atas perlakukan ini. Perbuatan Pemda Dharmasraya ini sama saja melecehkan PWI,” tegasnya.
Lebih jauh Yahya menerangkan, kejadian serupa sudah beberapa kali terjadi, yakni pada kegiatan HUR RI, HUT Dharmasraya dan kegiatan resmi lainnya.
“Kursi tamu untuk PWI itu diadakan setelah saya protes,” pungkasnya.
Terpisah Kabid Pariwisata, Benny Mandala Putra mengatakan, tanggungjawab pihaknya melakukan persiapan upacara, menyampaikan undangan. Di hari pelaksanaan upacara present card tempat duduk PWI tidak ditemukan oleh pihak protokoler, entah dimana diletakan.
“Tadi saya sudah bersama Plt Ketua PWI, Yahya. Cuman present card ini tidak ditemukan oleh adek- adek protokoler. Setelah Yahya sudah meninggalkan lokasi upacara, barulah present card PWI ditemukan,” terangnya.
Kemudian, Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkab Dharmasraya, Roby Suhendra mengaku bahwa present card untuk PWI itu ada, begitu juga dengan kursi tamu.
“Ini hanya miskomunikasi saja. Dan kami minta maaf atas kejadian ini,” pungkasnya.(*)
Caption Foto : Plt.Ketua PWI Dharmasraya, Yahya.ist














